Senin, 30/12/2019 17:34 WIB
Riyadh, Jurnas.com - Rencana Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk memodernisasi kerajaan Arab Saudi yang konservatif kembali diragukan setelah lebih dari 200 orang ditahan karena melanggar aturan publik.
Aparat Arab Saudi mengatakan, sekitar 120 pria dan perempuan ditangkap selama seminggu terakhir karena melanggar aturan publik, seperti mengenakan pakaian yang tidak pantas. Selain itu, sebanyak 88 orang lainnya ditangkap dalam beberapa kasus pelecehan.
Penangkapan dilakukan setelah sejumlah perempuan mengeluh karena dilecehkan usai festival musik EDM (musik joget elektronik) di Riyadh awal bulan ini.
Dilansir dari Press TV, tidak ada rincian lebih lanjut yang disampaikan ke publik, termasuk hukuman yang akan dikenakan pada para pelanggar itu.
Legislator Ingatkan Calon Jemaah Haji Pakai Visa Resmi Pemerintah Saudi
Anggota DPR Apresiasi Pelaksanaan Screening Kesehatan Jemaah Haji
Komisi VIII DPR Lepas Jemaah Haji Kloter 15 Embarkasi Donohudan
Penguasa de fakto Arab Saudi bin Salman sudah melonggarkan pembatasan sosial di kerajaan konservatif, termasuk mencabut larangan berdekade-dekade di bioskop dan pengemudi wanita.
Apa yang disebut reformasi, secara luas diyakini hanya palsu, terutama setelah penangkapan beberapa aktivis perempuan terkemuka, yang mengikuti keputusan yang digembar-gemborkan Salman untuk mencabut larangan mengemudi perempuan.
Di antara yang ditahan adalah pendukung penghapusan larangan itu.
Pada bulan September, Riyadh akan menghukum siapa pun yang melanggar aturan publik, termasuk mengenakan pakaian yang tidak sopan. Namun, aturan publik secara luas dianggap tidak jelas dan longgar.
Terlepas dari pelonggaran pembatasan hiburan dan kesenangan di Arab Saudi, catatan hak asasi manusia kerajaan itu tidak membaik karena ribuan pembangkang mendekam di balik jeruji besi, banyak dari mereka menderita siksaan.