Haedar Nashir Guru Besar, Hasto: Mata Hati Peradaban Islam dan Keindonesiaan

Kamis, 12/12/2019 11:35 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, M.Si. secara resmi dikukuhkan menjadi guru besar dalam bidang Ilmu Sosiologi, Kamis, (12/12) di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Atas pengukuhan gelar akademik tertinggi ini, PDI Perjuangan mengucapkan selamat dan ikut berbangga hati, terlebih buah pemikiran dan intelektualitas Prof. Dr Haedar Nashir, M.Si memberi sumbangsih besar bagi bangsa dan negara Indonesia.

“Ibu Megawati Soekarnoputri dan keluarga besar PDI Perjuangan ikut berbangga atas pemberian gelar guru besar kepada Prof. Dr Haedar Nashir, M.Si," ujar Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto usai menyaksikan acara pengukuhan.

Kata Hasto, Prof. Dr Haedar Nashir, M.Si dikenal sebagai sosok yang rendah hati, sempurna pandangan pemikirannya untuk kebesaran Muhammadiyah, kemaslahatan umat, dan tentu saja untuk kemajuan Indonesia Raya.

Menurut Hasto, apa yang disampaikan oleh Haedar Nashir yang mengedepankan moderasi sebagai suatu metode mengatasi masalah dengan cara mengatur, memandu, dan mengedepankan dialog, serta lebih memilih cara persuasif dan komunikasi interaktif merupakan pendekatan terobosan yang sesuai dengan tata budaya Indonesia. Meskipun demikian moderasi tetap berdiri kokoh di atas hukum.

“Pendapat Beliau bahwa radikalisme yang dilawan dengan cara radikal akan menciptakan radikalisme baru adalah suatu kritik. Dengan moderasi, maka penangganan berbagai bentuk ekstrimisme di ranah agama, politik, dan ekonomi akan dilakukan dalam persepktif yang lebih luas. Moderasi bertopang pada kemanusiaan dan keadilan,” papar Hasto.

Ditambahkan Hasto, gagasan Prof Haedar Nashir bahwa Pancasila berdiri tengah dimaknakan sebagai komitmen kebangsaan agar Indonesia tidak terombang-ambing pada tarik menarik kepentingan ekstrim kiri dan kanan.

"Selamat untuk Prof Dr Haedar Nashir, M.Si. Gelar guru besar tersebut membuktikan kuatnya tradisi keagamaan dan sekaligus tradisi intelektual yang hidup di Muhammadiyah,” jelas Hasto Kristiyanto.

Haedar Nashir menyampaikan pidato pengukuhan guru besa dengan judul "Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologi". Pidato itu panjangnya 84 halaman.

Pengukuhan Haedar dihadiri sejumlah menteri, mantan menteri dan tokoh termasuk Wakil Presiden periode 2014-2019, Jusuf Kalla. Sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju hadir, seperti: Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Agama, Fachrul Razi, Menteri Koperasi Teten Masduki, Mensesneg Pratikno, mantan menteri Susi Pudjiastuti, tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Malik Fadjar, dan Buya Syafii Maarif.

Dalam satu bagian pidatonya Haedar menyampaikan moderasi Indonesia dan keindonesiaan sebagai pandangan dan orientasi tindakan untuk menempuh jalan tengah atau moderat merupakan keniscayaan bagi kepentingan masa depan Indonesia yang sejalan dengan landasan, jiwa, pikiran, dan cita-cita kemerdekaan
sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan spirit para pendiri bangsa.

"Indonesia harus dibebaskan dari segala bentuk radikalisme baik dari tarikan ekstrem ke arah liberalisasi dan sekularisasi maupun ortodoksi dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan yang menyebabkan Pancasila dan agama-agama kehilangan titik moderatnya yang autentik di negeri ini," ujar Haedar.

TERKINI
Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu