Seperampat Populasi Israel Hidup Melarat

Selasa, 10/12/2019 10:42 WIB

Tel Aviv, Jurnas.com - Organisasi nirlaba Israel, Latet mengungkapkan, lebih dari seperempat dari semua warga Israel hidup dalam kemiskinan dan jumlah anak miskin melebihi satu juta.

Dalam laporan tahunan kemiskinan "alternatif" yang diterbitkan pada Senin (9/12), Latet mengatakan, lebih dari 2,3 juta warga Israel dan 530.000 keluarga saat ini hidup dalam kemiskinan, termasuk lebih dari satu juta anak.

Laporan ini mengukur tingkat kemiskinan menurut rumah tangga yang tidak memiliki kebutuhan esensial di perumahan, pendidikan, perawatan kesehatan, ketahanan pangan dan kemampuan menutupi biaya hidup.

Latet juga melaporkan peningkatan kedalaman kemiskinan dan hambatan untuk pengurangan kemiskinan.

Ketua Latet, Gilles Darmon dan Direktur Eksekutif Latet, Eran Weintrob mengatakan selama bertahun-tahun, rezim Israel mempertahankan kemiskinan melalui sejumlah prioritas yang buruk dan mengabaikan seperempat populasi negara itu.

"Tidak hanya tidak ada program operasi multi-tahun dan kebijakan yang mapan, tetapi semuanya juga macet. Tetapi tidak seperti politik, kehidupan kita dan orang miskin yang tinggal di antara kita tidak berhenti," kata keduanya dalam sebuah pernyataan bersama.

Laporan Latet datang ketika Lembaga Asuransi Nasional (Bituach Leumi) akan menerbitkan laporan kemiskinan resmi, yang mengukur kemiskinan berdasarkan pendapatan saja, akhir bulan ini.

Alat ukur alternatif mencatat 526.000 orang tambahan hidup dalam kemiskinan, dibandingkan dengan laporan resmi yang diterbitkan pada Desember tahun lalu.

Sistem politik Israel amburadul selama setahun terakhir, sebagian besar karena kesengsaraan hukum Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Bulan lalu, Jaksa Agung Israel mengumumkan tuduhan suap, penipuan dan pelanggaran kepercayaan terhadap Netanyahu dalam tiga kasus korupsi yang berbeda, dijuluki Kasus 1000, 2000 dan 4000.

Kasus-kasus korupsi membuatnya mendapatkan julukan "menteri kejahatan" oleh Israel, yang telah mengadakan rapat umum reguler di depan kediaman jaksa agung untuk mempromosikan dakwaannya.

Dua pemilihan yang diadakan tahun ini berakhir dengan jalan buntu. Baik Netanyahu, maupun Benny Gantz, pemimpin aliansi politik Blue and White, tidak memiliki cukup dukungan di parlemen untuk membentuk pemerintahan.

Anggota parlemen Israel memiliki waktu kurang dari sebulan untuk mengorganisir koalisi dan memilih seorang kandidat yang bisa memimpin mayoritas 61 di legislatif 120 kursi. Ada indikasi kuat, legislator tidak akan berhasil, yang berarti Israel harus mengadakan pemilihan untuk ketiga kalinya tahun ini.

TERKINI
Jumlah Pengangguran di Indonesia Turun jadi 7,2 Juta Orang Pengamat Beri Catatan Soal Ide Presidential Club Prabowo Jokowi Ingatkan Jangan Sampai Alkes Tidak Berguna Karena Ketiadaan Dokter Industri Pengolahan jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I