Selasa, 10/12/2019 10:05 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Rudiantara hampir dipastikan menjadi Direktur Utama ke PT PLN (Persero). Namun, ada sejumlah tantangan yang bakal dihadapi oleh Mantan Menteri Kominfo ini di perusahaan listrik pelat merah tersebut saat ini.
Rudiantara sendiri sebetulnya tidak asing dengan PLN dan lingkungan perusahaan BUMN. Ketika dirinya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PLN periode 2008-2009, Rudiantara pernah terlibat dalam pencarian pendanaan perusahaan terutama pinjaman untuk proyek pembangkit listrik 10.000 MW.
"Kondisi PLN menghadapi soal tentang kecepatan menyelesaikan program listrik 35.000 Mega Watt (MW) yang belum terselesaikan hingga saat ini," ujar pengamat BUMN Toto Pranoto, Selasa (10/12/2019).
Menurut Toto, proyek listrik 35.000 MW tersebut merupakan program sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun belum tuntas hingga sekarang.
Ledia Hanifa: Digitalisasi Perpustakaan Permudah Masyarakat Mengakses Buku
Jokowi Pastikan Pilkada Serentak 2024 Digelar Sesuai Jadwal
Golkar Soal Wacana President Club: Prabowo Ingin Wujudkan Indonesia Damai
"Di sisi lain, PLN juga menghadapi situasi kelebihan pasokan listrik di Jawa, sehingga diperlukan renegosiasi yang ketat dengan para mitra Independent Power Producer (IPP) agar tidak merugikan PLN," katanya.
Selain itu, lanjut Toto, PLN juga harus mengelola aspek keuangan dengan ketat mengingat sebagian besar investasi dibiayai dengan utang dalam bentuk mata uang asing, sementara penjualan di dalam negeri menggunakan rupiah.
"Dibutuhkan manajemen hedging yang kuat, dengan demikian tantangan ini mengharuskan PLN butuh CEO yang kuat," kata Toto.
Keyword : BUMN PLN Rudiantara