Rusia akan Respons Penyebaran Rudal AS di Eropa

Sabtu, 07/12/2019 10:30 WIB

Moskow, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan, negaranya tidak akan ragu-ragu menanggapi penyebaran baru rudal jarak menengah Amerika Serikat (AS) di Eropa.

"Jika langkah-langkah praktis diambil untuk membuat dan menyebarkan misil semacam itu di Eropa, maka kami akan menanggapinya, tetapi kami tidak akan menjadi yang pertama," katanya Lavrov saat konferensi pers di ibukota Italia, Roma, Jumat (6/13).

"Setiap langkah akan memiliki direspons dari Rusia," tambahnya.

Konferensi pers bersama dengan rekannya dari Italia, Luigi Di Maio, diadakan di sela-sela edisi kelima dari Roma Med - Dialogues tahunan, konferensi internasional yang bertujuan menyusun agenda positif untuk wilayah Mediterania.

Awal tahun ini, Washington menarik diri dari Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah (INF), yang melarang semua rudal darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer, termasuk yang membawa hulu ledak nuklir dan konvensional.

INF ditandatangani menjelang akhir Perang Dingin pada tahun 1987 oleh Presiden AS saat itu, Ronald Reagan dan pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev.

Perjanjian yang dianggap sebagai tonggak dalam mengakhiri perlombaan senjata Perang Dingin antara kedua negara adidaya, menyebabkan dihilangkannya 2.692 rudal dari kedua belah pihak, menyingkirkan Eropa dari rudal nuklir berbasis darat.

Keluarnya Washington dari perjanjian itu, kata Donald Trump karena kegagalan Moskow mematuhi pakta tersebut. 

Rusia pun melakukan hal yang sama. Moskow malah mengatakan, pihaknya tidak melanggar kesepakatan itu dan yakin AS berencana untuk meninggalkan kesepakatan itu sebagai bagian dari rencananya untuk mengembangkan rudal canggihnya sendiri.

"Jika AS meninggalkan perjanjian dan dengan demikian mereka akan merancang, membuat, dan menyebarkan jenis rudal yang sebelumnya dilarang INF, kami akan melakukan hal yang sama," tegas Lavrov.

"AS mengatakan mereka tidak akan membuat rudal kelas ini, tetapi mereka sudah menguji coba satu," tambahnya.

Pada September, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengusulkan moratorium penempatan rudal jarak pendek dan menengah ke Eropa. NATO yang dipimpin AS, bagaimanapun, menolak untuk menyetujui proposal tersebut.

TERKINI
Masih Seksi di Usia 61 Tahun, Demi Moore Dipuji Putrinya Rumer Wilis Perselisihan Hukum antara Jamie Spears dan Britney Spears Terus Berlanjut Presiden Joe Biden Beri Penghargaan Bergengsi untuk Michelle Yeoh Jewel Tampilkan Karya Seni dalam Balutan Gaun Perak Iris van Herpen