AS Dukung Warga Iran Protes Kenaikan Harga Bensin

Senin, 18/11/2019 08:48 WIB

Washington, Jurnas.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan dukungan kepada rakyat Iran yang turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah baru-baru ini menaikan harga bahan bakar bensin. 

"Kami mengutuk pasukan mematikan dan pembatasan komunikasi parah yang digunakan terhadap demonstran," kata sekretaris pers Gedung Putih, Stephanie Grisham dalam sebuah pernyataan.

"Teheran secara fanatik mengejar senjata nuklir dan program rudal, dan mendukung terorisme, mengubah negara yang bangga menjadi kisah peringatan ketika kelas penguasa meninggalkan rakyatnya dan memulai perang salib untuk kekuasaan dan kekayaan pribadi," tambahnya.

Demonstrasi pecah di Iran sejak Jumat (15/11) setelah pemerintah memberlakukan penjatahan bensin dan menaikkan harga bahan bakar bensin. Satu orang dilaporkan tewas dalam aksi menolak keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bensin.

Gubernur Iran, Mohammad Mahmoudabadi, mengatakan, para pengunjuk rasa berusaha untuk membakar sebuah depot bahan bakar di pusat kota Sirjan tetapi dihalangi pasukan keamanan.

Namun, ia mengatakan pemerintah Iran masih berusaha untuk mencari tahu penyebab kematian salah satu demonstran tersebut.

Mahmoudabadi mengatakan ketertiban telah dipulihkan di kota setelah intervensi pasukan keamanan. Ia meminta orang-orang untuk menghindari bergabung dengan pendemo tanpa izin.

Kemudian pada Sabtu (16/10), demonstran memblokir jalan ke dan dari ibukota Teheran. Menurut sumber-sumber lokal, protes sedang berlangsung di beberapa provinsi, termasuk Teheran, Fars dan Isfahan.

Televisi pemerintah Iran mengatakan para pengunjuk rasa di Shiraz membakar dua pompa bensin dan dua kendaraan polisi. Mereka juga memblokir jalan-jalan utama dan merusak gedung-gedung publik di kota dan menghancurkan kamera keamanan, truk pemadam kebakaran, dan kendaraan.

Ketua Jaksa Penuntut Iran, Mohammad Jafar Montazeri memperingatkan bahwa mereka yang berada di belakang protes akan menghadapi proses peradilan.

Iran di bawah tekanan setelah, Washington memberlakukan kembali sanksi tahun lalu. Kebijakan sepihak itu diambil tak lama setelah Presiden Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian nuklir 2015 dengan Teheran.

TERKINI
Richie Sambora Harus Berlutut ke Jon Bon Jovi agar Livin` on a Prayer Dimasukkan ke Album Lagi Bucin, Dua Lipa Peluk Mesra Callum Turner di Jalanan Berkarier Sejak Muda, Anne Hathaway Sering Alami Stres Kronis Gara-gara Tuntutan Pelecehan Seksual, Lady Gaga Batalkan Pesta Lajang Adiknya