Rabu, 13/11/2019 10:15 WIB
Washington, Jurnas.com - Seorang ilmuwan China mengaku bersalah pada Selasa (Rabu waktu setempat), karena mencuri teknologi baterai generasi berikutnya dari perusahaan perminyakan Amerika Serikat tempat dia bekerja.
Menurut Departemen Kehakiman AS, Tan Hongjin, 35, warga negara China yang merupakan penduduk tetap resmi Amerika Serikat, ditangkap pada Desember 2018 dan dituduh mencuri rahasia dagang.
Tan mengaku bersalah di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Utara Oklahoma atas pencurian rahasia dagang, transmisi rahasia dagang yang tidak sah, dan kepemilikan rahasia dagang yang tidak sah.
Dikutip dari CNA, nilai pasar dari teknologi baterai generasi berikutnya yang dituduh mencuri Tan adalah lebih dari US$1 miliar.
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Film Badarawuhi Di Desa Penari Tayang di USA, Ini Harapan Produser Manoj Punjabi
"Permohonan bersalah Tan terus mengisi gambaran pencurian China atas kekayaan intelektual Amerika," kata asisten jaksa agung untuk keamanan nasional John Demers dalam sebuah pernyataan.
Jaksa AS Trent Shores mengatakan "mata-mata industri seperti Tan terlibat dalam spionase untuk mencuri rahasia dagang dan kekayaan intelektual Amerika."
"Agresi ekonomi China menjadi ancaman bagi industri teknologi tinggi Amerika yang baru muncul," tegas Shores.
Tan bekerja sebagai ilmuwan rekanan untuk perusahaan perminyakan AS mulai Juni 2017 hingga ia ditangkap pada akhir tahun lalu.
Departemen tidak menyebutkan nama perusahaan tetapi halaman LinkedIn untuk Tan Hongjin mengidentifikasi dia sebagai staf ilmuwan di Phillips 66.
Dia sebelumnya bekerja sebagai asisten peneliti dan ilmuwan tamu di California Institute of Technology, tempat dia mendapatkan gelar doktor.
Departemen Kehakiman mengatakan Tan akan dijatuhi hukuman pada 12 Februari 2020 mendatang, tetapi tidak mengatakan hukuman apa yang mungkin diterima Tan.