Kamis, 03/10/2019 15:30 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Pengguna interet di Indonesia terhitung sudah mencapai 145 juta pengguna pada 2007, dan menduduki peringkat enam terbesar di dunia.
Tingginya aktifitas dunia maya ini nyatanya menimbulkan ekses negatif dalam kehidupan beragama di Indonesia.
Demikian disampaikan oleh Hafiz Al Asad, akademisi lulusan Boston University, Amerika Serikat, dalam Panel Session konferensi sarjana Islam tahunan Annual International Conference On Islamic Studies (AICIS) di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, pada Kamis (3/10).
Hafiz telah melakukan riset tentang Siber Sektarian, yang mengambil sampel pada kurun waktu tertentu pada pemilihan umum di Indonesia pada 2014 lalu. Hasilnya, aktifitas siber di kalangan muslim telah meningkatkan volume sektarianitas dengan cukup mengkhawatirkan.
Gus Halim Gandeng Perguruan Tinggi Cegah Radikalisme di Kawasan Transmigrasi
Radikalisme dan Terorisme Menurun Tapi Kekerasan Ekstrem Masih Terjadi
HNW: Tolak Wacana Mengontrol Tempat Ibadah
"Penggunaan internet di kalangan masyarakat luar sangat masif, tetapi belum disertai dengan perilaku yang ideal sesuai etika dunia maya," kata Hafiz.
Mudahnya arus informasi melalui dunia maya, lanjut Hafiz, telah menyediakan jalan tol bagi kebohongan dan provokasi berbasis agama.
Hal itu menimbulkan keributan di kalangan masyarakat, dan sebagian aktifitas siber tersebut telah berujung pada tindakan kriminal.
Dia menyebut setiap tahun Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menutup situs-situs yang meningkatkan sentimen SARA. Namun situs-situs itu selalu bermunculan kembali.
Yang paling besar ialah pengungkapan sindikan Saracen, yang secara terorganisasi dan rapi menggunakan sentimen agama, suku, dan ras sebagai alat propaganda demi kepentingan pragmatis.
"Inilah bentuk baru jahiliyah di dunia maya yang sangat mengkhawatirkan," tambahnya.
AICIS adalah forum kajian keislaman yang telah berjalan sejak 19 tahun lalu. Pada gelaran AICIS ke-19 ini, sekitar 1.700 sarjana studi keislaman berkumpul di Indonesia selama empat hari, pada 1-4 Oktober 2019. Pertemuan ini membahas 450 makalah dari total 1.300 yang diseleksi.