Houthi: 17 Negara Koalisi Arab Saudi Tumbang di Yaman

Selasa, 20/08/2019 07:25 WIB

Sana`a, Jurnas.com - Gerakan Yaman, Houthi Ansarullah, mengatakan, 17 negara yang terdiri dari koalisi yang dipimpin pemerintah di Arab Saudi saat ini terpecah dan hanya satu atau dua negara yang masih setia mengikuti kampanye berdarah Negeri Petro Dolar.

"Berikut adalah 17 negara yang menentang rakyat kami (dan) mulai memecah belah, dan hanya satu atau dua negara yang tersisa dan kami akan mengalahkan mereka," kata anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman, Mohammed Ali al-Houthi, seperti dikutip jaringan televisi Yaman al-Masirah.

Houthi juga mengatakan rakyat Yaman sudah menentang agresi dan terorisme.

Ia lebih lanjut mengatakan, anggota Dewan Politik memuji tentara Yaman dan pejuang dari Komite Populer sekutu karena sudah berjuang sejak hari pertama tanpa mundur dan menahan agresi militer yang dipimpin Arab Saudi.

"Kita hari ini di depan tirani global yang ingin menjajah Yaman dan menaklukkan rakyat Yaman," ungkap Houthi.

Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya meluncurkan kampanye dahsyat melawan Yaman pada Maret 2015, dengan tujuan membawa mantan pemerintah ramah Riyadh kembali berkuasa dan menghancurkan Ansarullah.

Inggris sudah melisensi ekspor senjata senilai lebih dari 4,7 miliar poundsterling, termasuk rudal dan jet tempur, ke Riyadh sejak awal konflik yang mematikan itu.

Inggris juga telah memberikan intelijen tempur dan data target ke Arab Saudi selama perang, yang sudah menewaskan ribuan warga sipil Yaman dan membuat jutaan lainnya di ambang kelaparan.

Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata yang bermarkas di AS (ACLED), organisasi penelitian konflik nirlaba, memperkirakan, perang yang dipimpin ArabSaudi sudah merenggut nyawa lebih dari 60.000 warga Yaman sejak Januari 2016.

Perang yang dipimpin Aran Saudi juga sudah merusak infrastruktur negara itu, menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan pabrik.

PBB mengatakan, rekor 22,2 juta warga Yaman sangat membutuhkan makanan, termasuk 8,4 juta yang terancam kelaparan parah. Menurut badan dunia, Yaman menderita kelaparan paling parah dalam lebih dari 100 tahun.

TERKINI
BPOM Pastikan AstraZeneca Tidak Lagi Dipergunakan di Indonesia Dinilai Perkuat Ekosistem, BUMN Pangan dan Pupuk Bakal Digabungkan Transformasi BUMN Butuhkan Waktu Hingga 15 Tahun Simpanan Uang di Bank diatas Rp5 Miliar Melesat Naik