Iran: Perang Dagang China-AS Meletus Ulah Intimidasi Washington

Selasa, 04/06/2019 05:36 WIB

Teheran, Jurnas.com - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Moussavi menuding perang perdagangan antara Amerika Serikat (AS)- China ulah intimidasi Washington.

Kata Zarif, terorisme ekonomi serupa juga yang dilakukan Gedung Putih terhadap Republik Islam.

"AS memperlakukan Tiongkok melalui pendekatan intimidasi dan memperkuat pertimbangan politik pada realitas ekonomi. Iran percaya, masalah ini adalah bentuk terorisme ekonomi dan harus dikutuk," kata Zarif dilansir PressTV.

Hubungan antara China-AS semakin memanas imbas perang dagang. Konflim itu diperparah setelah kapal perang dan pesawat tempur AS melintasi di Laut Cina Selatan yang diklaim Beijing.

Perang dagang China-AS mulai meletus, saat Gedung Putih pertama kali mengenakan bea masuk produk Negeri Tirai Bambu itu. Sejak itu, dua negara ekonomi terbesar di dunia ini saling bertukar tarif lebih dari USD360 miliar dalam perdagangan dua arah.

Sejak konflik meletus, kedua belah pihak sudah mengadakan pertemuan perdagagan untuk menyelesaikan masalah tersebut, tetapi sejauh belum membuahkan hasil.

Putaran terakhir negosiasi perdagangan berakhir bulan lalu tanpa kesimpulan. Trump menuduh Beijing, mengingkari janji-janji sebelumnya untuk membuat perubahan struktural pada praktik ekonominya.

Berikutnya, keduanya belum menetapkan tanggal untuk melanjutkan pembicaraan. Presiden Trump mengumumkan tambahan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen pada impor China senilai USD200 miliar dan Beijing menaikkan tarifnya sendiri atas produk-produk AS senilai USD60 miliar.

China sangat menentang tarif tambahan AS, yang disebutnya tidak hanya merugika China-AS, tetapi juga bagi seluruh dunia. Sementara Washington, mengatakan tujuan utama tarif itu adalah mengurangi ketidakseimbangan perdagangan dengan China, yang mencapai USD379 miliar pada 2018.

Wakil Menteri Perdagangan China, Wang Shouwen, mengatakan, AS tidak dapat menggunakan tekanan untuk memaksakan kesepakatan perdagangan dengan China. Menurutnya, China tidak akan kompromi pada prinsip-prinsip inti.

"Jika pihak AS ingin menggunakan tekanan ekstrem, untuk memaksa China menyerahkan dan membuat konsesi, ini sama sekali tidak mungkin," kata Wang pada Minggu (2/6).

TERKINI
142 Pengelola Bisnis Judi Online Diringkus dalam 2 Pekan Ini Film VINA Sebelum 7 Hari, Tayang Serentak Hari Ini di Bioskop Tanah Air Baru Hadir Pertama Kali di Met Gala 2024, Bintang Baywatch Pamela Anderson Tampil Polos Met Gala 2024, Sarah Jessica Parker Tampil dengan Ciri Khasnya Headpiece Unik