Selasa, 28/05/2019 19:20 WIB
Kuala Lumpur, Jurnas.com - Malaysia akan mengirim kembali hampir 3.000 metrik ton sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang ke negara-negara asalnya, termasuk Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia dan Inggris.
Negara itu dengan tegas mengatakan tidak akan menjadi tempat pembuangan sampah dari negara-negara kaya.
Menteri Lingkungan Hidup Malaysia, Yeo Bee Yin mengungkapkan, 60 kontainer yang ditumpuk dengan limbah yang terkontaminasi diselundupkan dalam perjalanan ke fasilitas pemrosesan ilegal di Malaysia. Sampah-sampah itu akan dikirim kembali ke negara asal mereka.
Yeo mengatakan Malaysia, dan banyak negara berkembang, telah menjadi target baru setelah China melarang impor sampah plastik tahun lalu. "Ini mungkin hanya puncak gunung es (karena) pelarangan limbah plastik oleh China," kata Yeo pada konferensi pers, Selasa (28/5).
Bukan Hanya Mahasiswa, Anggota Staf Uni Eropa Ramai-ramai Protes Perang Israel di Gaza
Efek Boikot Produk Israel, KFC Malaysia Tutup Gerainya untuk Sementara
Importir Khawatir Pasokan Makanan Berkualitas Terganggu karena Pengecekan di Brexit
"Malaysia tidak akan menjadi tempat pembuangan sampah bagi dunia. Kami akan melawan balik. Meskipun kami adalah negara kecil, kami tidak bisa diganggu oleh negara-negara maju."
Sepuluh kontainer akan dikirim kembali dalam waktu dua minggu, kata Yeo, saat ia menunjukkan kepada wartawan isi sampah di pelabuhan di luar ibukota, Kuala Lumpur.
Barang-barang yang ditampilkan termasuk kabel dari Inggris, karton susu yang terkontaminasi dari Australia dan CD dari Bangladesh, serta bal sampah elektronik dan rumah tangga dari AS, Kanada, Jepang, Arab Saudi dan Cina.
Yeo mengatakan limbah dari China tampaknya merupakan sampah dari Prancis dan negara-negara lain yang telah dialihkan setelah larangan Beijing.
Keyword : SampahMalaysiaUni EropaAmerika Serikat