Jerman Tetap Pertahankan Kesepakatan Nuklir

Sabtu, 16/02/2019 20:58 WIB

Berlin, Jurnas.com - Kanselir Jerman Angela Merkel membela kesepakatan nuklir Iran yang sangat membatasi kemampuannya menghasilkan uranium dalam menghadapi oposisi yang kuat dari Amerika Serikat (AS).

"Ada perbedaan terkait cara Washingtong menekan Iran," demikian jelas Merkel, kepada anggota Konferensi Keamanan Munich, Sabtu (16/2).

Ia menambahkan, kesepakatan itu perlu tetap dilestarikan untuk mencegah Iran membangun senjata nuklir. Selain itu untuk menekan ancaman Iran di daerah lain.

AS telah menarik diri dari kesepakatan yang disepakati pada 2015 lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikan Bangsa-Bangsa (DK PBB) plus Jerman. Perancis, Inggris dan Jerman bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan itu.

Berbicara pada konferensi Timur Tengah di Warsawa pada Kamis (14/2), Wakil Presiden AS Mike Pence meminta ketiga negara untuk menarik diri dari kesepakatan itu.

AS menuduh Iran ikut campur dalam konflik di seluruh wilayah dan Pence menuduh Iran anti-Semitisme yang mirip dengan Nazi pada konferensi hari Jumat.

"Kami memiliki rezim di Teheran yang menghembuskan ancaman pembunuhan, dengan kebencian anti-Semit yang sama yang menjiwai Nazi di Eropa," kata Pence kepada wartawan di Air Force Two sebelum mendarat di Munich.

Ia mengatakan, mengunjungi Auschwitz di Polandia setelah menghadiri konferensi di Warsawa telah membuatnya merenungkan untuk "memperkuat tekad dunia bebas untuk menentang kebencian keji semacam itu dan untuk menghadapi ancaman otoriter zaman kita."

Konferensi tiga hari di Munich dimulai pada hari Jumat. Sekitar 30 kepala negara dan pemerintah hadir untuk membahas hubungan trans-Atlantik, ketegangan antara Rusia dan konflik Barat dan Timur Tengah.

Dilaporkan dari Munich, Jamal Elshayyal dari Al Jazeera mengatakan: "Ada begitu banyak konflik dan juga tantangan terhadap keamanan bagi begitu banyak negara dan masing-masing negara merasakan ancaman yang berbeda dan melihat solusi yang berbeda.

Sementara AS dan Jerman sama-sama berbicara, forum belum mendengar dari Rusia, China dan Iran.

"Apakah akan ada landasan bersama ... kita harus menunggu dan melihat," simpul Elshayyal. (Al Jazeera)

TERKINI
Luhut Tegaskan Tanpa Nikel RI Pasar Mobil Listrik Amerika Terpuruk KPK: Kuasa Hukum Gus Muhdlor Kirim Surat Penundaan Pemeriksaan DPR Dukung Rencana Jokowi Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online KPK Sebut Nilai Gratifikasi Eks Bupati Probolinggo Rp149 miliar