Setelah Diguyur Protes, Presiden Oman Janji akan Bangun Pedesaan

Senin, 04/02/2019 10:39 WIB

Oman, Jurnas.com - Presiden Sudan, Omar al-Bashir berjanji akan membangung pedesaan, menyusul  aksi unjuk rasa yang dianggap menjadi acaman terbesar bagi kekuasaannya selama 30 tahun terakhir. Ia berjanji akan mempermudah akses ke listrik, pendidikan dan perawatan kesehatan.

Pada Minggu, Bashir melakukan perjalanan melintasi Kordofan Utara, berpidato di hadapan ratusan orang dalam tiga demonstrasi yang terpisah, termasuk acara malam hari di ibukota negara bagian Al-Obeid.

Di pagi hari, ia berpidato di hadapan ratusan penduduk desa dalam rapat umum pertama hari itu, berjanji untuk membawa air minum bersih ke daerah pedesaan "di seluruh Sudan".

Pidato itu muncul setelah ia meresmikan jalan raya baru sepanjang 340 kilometer yang menghubungkan Kordofan Utara ke Omdurman, kota kembar Khartoum.

"Membangun jalan seperti itu dalam kondisi ekonomi saat ini bukanlah hal yang mudah untuk dicapai," kata Bashir, setelah dikawal ke panggung puluhan pria di atas unta ketika kerumunan penduduk desa bertepuk tangan dan bersiul dengan nada-nada Sudan.

"Di sepanjang jalan ini kita akan memasukkan listrik untuk mendorong pertumbuhan kawasan," sambungnya.

Beberapa jam kemudian Bashir berpidato di rapat umum kedua di mana ia meminta para pemuda dan pemudi di negara itu untuk membantu mengembangkan negara.

"Para pemuda, yang telah kami bangun universitas, harus siap untuk melanjutkan misi membangun Sudan baru," katanya di sebuah desa tempat ratusan orang berkumpul.

Pernyataan itu datang sebelum Perdana Menteri Sudan, Moutaz Mousa Abdallah, pada Sabtu menyebut gerakan protes sebagai "gerakan pemuda terhormat" dan mengatakan suaranya harus diperhatikan.

Ketika gelap sudah mulai turun, Bashir, mengenakan jubah tradisional dan sorban, berbicara kepada ratusan pendukung yang bersorak, termasuk mahasiswa, di sebuah stadion terbuka di Al-Obeid di mana pihak berwenang telah merenovasi rumah sakit yang ada.

"Pasien sering pergi ke Inggris, India atau Yordania untuk operasi, tetapi sekarang kita bisa melakukannya di Al-Obeid," katanya ketika kerumunan bersorak dan para loyalis menyalakan kembang api.

Demonstrasi meletus di Sudan pada Desember setelah keputusan pemerintah untuk melipattigakan harga roti, kondisi kehidupan yang terus memburuk dan kesulitan yang terus meningkat.

Selama aksi protes itu, kata pejabat setempat sekitar 30 orang dinyataka tewas. Human Rights Watch (HRW) mengatakan setidaknya 51 orang tewas.

TERKINI
Bertepatan Hari Pers Internasional, 57 Pemimpin Redaksi Deklarasi ICEC Luhut Tegaskan Tanpa Nikel RI Pasar Mobil Listrik Amerika Terpuruk KPK: Kuasa Hukum Gus Muhdlor Kirim Surat Penundaan Pemeriksaan DPR Dukung Rencana Jokowi Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online