Minggu, 03/02/2019 06:25 WIB
Yerusalem, Jurnas.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, berharap ada kesepakatan melindungi Palestina di Tepi Barat yang diduduki setelah Israel menunda mandat misi pengamatan internasional.
Pasa Sabtu sebelumnya, Juru bicara PBB Stephane Dujarric, mengatakan, Guterres "berterima kasih" kepada lima negara yang mencegah konflik dan perlindungan terhadap Palestina di bawah Kehadiran Internasional Sementara di Hebron (TIPH) selama 22 tahun terakhir, yaitu Swiss, Swedia, Norwegia, Italia, dan Turki.
Harapan Gencatan Senjata Menipis, Biden Bertemu Raja Yordania
Militer Israel Serukan Palestina untuk Mengevakuasi Warga Sipil Rafah
Israel Menggerebek Kantor Al Jazeera setelah Perintah Penutupan Stasiun TV Lokalnya
Pada hari Jumat, lima negara TIPH mengutuk dalam sebuah pernyataan bersama keputusan unilateral pemerintah Israel untuk tidak memperpanjang misi pasukan pengamat di kota flashpoint.
Tim yang dipimpin Norwegia terdiri dari 64 pengamat yang ditugaskan mempromosikan keamanan untuk Palestina di Hebron, kota terbesar di Tepi Barat yang diduduki.
Sekedar diketahui, Misi pengamat dibuat setelah 29 jemaah Palestina di sebuah masjid ditembak oleh seorang pemukim Israel kelahiran Amerika pada tahun 1994.
Pengamat melakukan patroli harian dan mendokumentasikan pelanggaran hak yang mereka saksikan, meskipun mereka tidak diizinkan untuk campur tangan.
Misi melaporkan temuannya ke negara-negara anggotanya, serta otoritas Israel dan Palestina.
Hebron adalah suci bagi Muslim dan Yahudi dan telah menjadi titik nyala dalam konflik Israel-Palestina. Sedikitnya 600 pemukim Yahudi tinggal di bawah penjagaan militer di kota itu, yang merupakan rumah bagi sekitar 200.000 warga Palestina.
Permukiman Israel dipandang ilegal di bawah hukum internasional dan merupakan hambatan utama bagi perdamaian, karena dibangun di atas tanah yang dilihat orang Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka.
Keyword : Misi PengamatAntonio GuterresPalestina