Selasa, 25/12/2018 07:40 WIB
Jakarta - Pemerintah Jepang menyebutkan bahwa angka kelahiran Jepang turun pada 2018 ke level terendah, dengan penurunan populasi tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1899 silam.
Negara berpenduduk 127 juta orang itu memperkirakan 921.000 kelahiran pada 2018, turun 25.000 dari tahun lalu dan di bawah satu juta untuk tahun ketiga berturut-turut. Diperkirakan 1,37 juta kematian terjadi, terbesar dalam setahun sejak akhir Perang Dunia II.
"Penurunan populasi secara keseluruhan, sekitar 448.000 orang, adalah yang terbesar di Jepang," kata Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan dilansir UPI, Selasa (25/12).
Meningkatnya jumlah penduduk memiliki dampak ekonomi dan sosial saat ini dan jangka panjang. Pada tahun 2036, satu dari tiga orang di Jepang akan menjadi lanjut usia, keluar dari angkatan kerja dan hidup dengan pensiun dari pemerintah.
Sahroni Apresiasi Polda Metro Ungkap Mayat dalam Koper: Hukum Maksimal Pelaku
DPR Minta Jepang Ajarkan Smart Farming ke Petani Muda Indonesia
MU Belum Rela Berpisah dengan Greenwood
Bahkan fenomena mengerikan lainnya setelah robot telah menggantikan manusia di restoran, toko, dan bank, sebagian karena kekurangan tenaga kerja.
Lembaga Riset Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional memprediksi bahwa populasi Jepang mungkin jatuh di bawah 100 juta pada tahun 2049.
Pemerintah telah menetapkan tujuan meningkatkan tingkat kesuburan nasional jumlah rata-rata anak yang lahir per wanita menjadi 1,8 per wanita pada tahun 2025. Angka ini mencapai 1,43 per wanita pada 2017.
Perdana Menteri Shinzo Abe telah mengusulkan peningkatan perawatan anak dan pendidikan sebagai cara untuk menghentikan penurunan populasi.
Keyword : Angka Kelahiran Jepang