Antibiotik Masih Bisa Diakses Tanpa Resep Dokter

Senin, 03/12/2018 15:02 WIB

Jakarta - Resistensi Antimikroba telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Dalam laporannya tahun 2014, WHO menyatakan bahwa masalah ini merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, termasuk di Indonesia.

Dirjen Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI Bambang Wibowo mengatakan masalah ini muncul akibat penggunaan antimikroba yang tidak bijak yang berujung pada tidak efektifnya terapi antimikroba. 

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 memperlihatkan bahwa 10 persen masyarakat menyimpan antibiotik di rumah, dan 86,10 persen masyarakat di antaranya mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter.

Penelitian lain memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan yang nyata pada infeksi oleh kuman penghasil extended spectrum beta lactamases (ESBL) di rumah sakit. 

Ditambahkan Bambang bahwa dengan letak geografis Indonesia yang strategis dan luas serta interaksi yang kompleks antar berbagai pemangku kepentingan, cenderung memiliki beban yang lebih besar dalam pengendalian resistensi antimikroba. 

Karena pentingnya pengendalian resistensi antimikroba ini, pada tahun 2017, semua negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diharuskan memiliki Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba (RAN-PRA) yang sejalan dengan Global Action Plan WHO.  

Dengan berbagai upaya lintas sektor dan kementerian serta dukungan WHO, FAO dan OIE, RAN-PRA Indonesia tahun 2017-2019 telah diberikan ke WHO pada World Health Assembly 2017. 

“RAN tersebut terdiri dari perencanaan seluruh lintas sektor dan lintas kementerian yang mencakup kegiatan membangun kesadaran; menyelenggarakan surveilans dan penelitian; melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi; memperbaiki higiene dan sanitasi; penggunaan antimikroba secara bijak; dan pengembangan investasi yang berkesinambungan,” terang Bambang. 

Meski resistensi antimikroba dianggap penting dan strategis dalam kesehatan masyarakat, masalah ini belum mendapatkan perhatian luas untuk dikembangkan melalui penelitian dan inovasi.

Dari hasil analisis yang dilakukan oleh konsultan WHO pada saat penyusunan rencana aksi terungkap bahwa walaupun pelaksanaan awal telah berlangsung dan berkembang−seperti kewaspadaan dan surveilans, namun pengendalian resistensi antimikroba belum dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu secara lintas sektor.

Sejalan dengan upaya pengendalian resistensi antimikroba dengan konsep One Health Approach, pertemuan ini sebagai wadah untuk menghimpun para ilmuwan, peneliti, praktisi, dan penentu kebijakan untuk berbagi pengalaman tentang situasi terkini di masing-masing sektor serta hasil penelitian dari aspek resistensi antimikroba. 

Isu strategis yang diangkat di antaranya perkembangan terakhir implementasi RAN-PRA di Indonesia, baik di sektor kesehatan manusia, kesehatan hewan, maupun lingkungan; upaya pengembangan surveilans, dan penelitian terkait PRA di Indonesia

TERKINI
Richie Sambora Harus Berlutut ke Jon Bon Jovi agar Livin` on a Prayer Dimasukkan ke Album Lagi Bucin, Dua Lipa Peluk Mesra Callum Turner di Jalanan Berkarier Sejak Muda, Anne Hathaway Sering Alami Stres Kronis Gara-gara Tuntutan Pelecehan Seksual, Lady Gaga Batalkan Pesta Lajang Adiknya