Sabtu, 24/11/2018 10:50 WIB
Madrid – Migran asal Amerika Tengah belum patah arang mencari suaka. Setelah ditolak mentah-mentah oleh Amerika Serikat (AS), kini migran melirik negeri nun jauh di seberang, Spanyol.
Namun alih-alih mendapatkan harapan baru di Spanyol, migran Amerika kerap berakhir di jalanan atau tidur di depan toko tanpa baju hangat. Padahal mereka telah menjual semua barang agar bisa terbang ke Eropa.
“Bayi kami baru berusia dua bulan dan kami kehabisan uang. Kami tidak punya tempat untuk tinggal sekarang,” kata Salvadoran Nelson Delgado yang berusia 40 tahun. Ini merupakan hari ketiganya bersama istri dan bayinya di satu-satunya pusat migran di Madrid.
“Tidak apa-apa jika saya tidak mendapatkan manfaat apa pun, hanya sesuatu bagi mereka untuk memiliki masa depan yang lebih baik,” imbuhnya.
Sahroni Apresiasi Polda Metro Ungkap Mayat dalam Koper: Hukum Maksimal Pelaku
DPR Minta Jepang Ajarkan Smart Farming ke Petani Muda Indonesia
MU Belum Rela Berpisah dengan Greenwood
Dilansir dari AFP, jumlah pencari suaka dari Amerika Tengah dan Venezuela tumbuh pesat dalam sebulan terakhir, setelah Presiden AS Donald Trump menyebut serbuan migran sebagai "invasi", dan mengirim pasukan ke perbatasan Meksiko untuk menghentikan mereka.
Tetapi harapan mereka untuk mendapat kehidupan lebih baik di Spanyol pupus. Pasalnya, negara-negara Eropa sudah kewalahan oleh gelombang migran dari Afrika utara dan Timur Tengah.
Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan, jumlah pencari suaka di Spanyol telah melonjak 12 kali lipat sejak 2010.
Tahun ini saja, hampir 45.000 pencari suaka telah memasuki negara itu pada akhir Oktober, menurut data Kementerian Dalam Negeri, dengan jumlah tertinggi dari Venezuela, Kolombia, Suriah dan Honduras. Lebih dari 63.000 permintaan suaka belum diselesaikan.
Delgado, mantan sopir bus, mengatakan dia dan istrinya melarikan diri dari kota asal mereka Ahuchapan di perbatasan dengan Guatemala, setelah dia sempat diculik dan kemudian menghadapi ancaman oleh sekelompok kriminal di kota lain, di mana mereka mencoba untuk menetap.
“Ada kafilah migran ke Amerika Serikat. Akan tetapi kami tidak (bergabung). Kami takut mereka bisa mendeportasi kami kembali ke El Salvador atau bahkan memisahkan kami dari bayi laki-laki kami, ”kata Delgado.
Sebuah gereja paroki akhirnya menerima Delgado dan kerabatnya. Itu sudah menyediakan tempat tinggal bagi lima keluarga lain dari Amerika tengah.
Di antara mereka adalah Jonathan Martinez dari Venezuela, dan tiga anaknya yang harus tidur di ambang pintu setelah pusat layanan sosial menendang mereka keluar ketika tidak ada ruang.
Keyword : Migran ASSpanyolAmerika Serikat