Sabtu, 24/11/2018 09:40 WIB
Jakarta - Korea Utara dilaporkan mengalami kehabisan baja struktural untuk konstruksi dan telah menginstruksikan perusahaan perdagangannya untuk meningkatkan impor dari China.
Berita itu muncul pada saat komite sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berencana untuk mengecualikan survei gabungan dari kereta api antar-Korea.
Sebuah sumber yang berbasis di China mengatakan kepada Radio Free Asia pada Kamis bahwa rezim Kim Jong Un telah mengatakan kepada para pedagang Korea Utara yang ditugaskan untuk mendatangkan pendapatan mata uang asing untuk melakukan semua upaya mereka dalam pengadaan baja.
"Kader di sektor perdagangan berada di bawah tekanan besar karena itu adalah mandat khusus dari pemimpin pusat partai Kim Jong Un," kata sumber itu, menambahkan Korea Utara mengimpor baja untuk proyek konstruksi nasional berskala besar termasuk di Wonsan - Kabupaten Kalma dan di Samjiyon County dikutip UPI.
Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih
Celine Dapuk Esther-Rose McGregor Kampanye Wewangian Terbaru
Kepala KGB Belarusia Picu Ketakutan akan Serangan Udara, Kyiv Evakuasi Dua Rumah Sakit
"Pembangunan sedang tertunda karena kekurangan baja," kata sumber tersebut.
Baja konstruksi berada di bawah sanksi internasional, dan tidak dapat diimpor dari China secara publik. "Tidak peduli berapa banyak pusat mendorong untuk impor baja, tidak mudah untuk mengamankan baja dari China, kecuali pembayaran dilakukan di muka," kata sumber RFA.
"Pembangunan di distrik pariwisata Wonsan dan di Samjiyon akan ditunda," tambahnya.
Sebuah sumber di Dandong, China, yang terlibat dalam perdagangan dengan Korea Utara mengatakan seorang eksekutif perdagangan Korut baru-baru ini meminta pengadaan 800 ton baja.
Sanksi sebagian besar telah memblokir rencana antar-Korea untuk melakukan survei kereta api bersama di Korea Utara, tetapi komite sanksi Korea Utara Dewan Keamanan PBB dapat membuat pengecualian.
Keyword : Korea UtaraPasokan BajaChina