Ketua SPI Dukung Koreksi Data Produksi Beras Pemerintah

Selasa, 23/10/2018 16:20 WIB

Jakarta - Serikat Petani Indonesia (SPI) mengapresiasi langkah pemerintah untuk mengkoreksi data produksi beras termasuk data lahan baku sawah, luas panen, dan produksi beras, dengan menggunakan metode baru.

Berdasarkan koreksi ini terdapat data baru yakni luas baku sawah yang berkurang dari 7,75 juta hektare tahun 2013 menjadi 7,1 juta hektare 2018. Sementara potensi luas panen 2018 mencapai 10,9 juta hektare dan produksi 56,54 juta ton gabah kering giling atau setara 32,42 juta ton beras.

Ketua Umum SPI, Henry Saragih menyampaikan, data dari metode pengumpulan data yang baru ini mesti disyukuri, yang tentunya tidak lagi menimbulkan pro kontra dan polemik terkait data produksi padi dan beras.

"Semoga data ini lebih valid. Data adalah pangkal semua kebijakan di belahan negara manapun, tak terkecuali di Indonesia. Jika data yang jadi dasar membuat kebijakan tidak valid alias salah, kebijakan yang dibuat berpotensi besar untuk salah," ujar Henry ke redaksi, Selasa (23/10).

"Jika kebijakan itu menyangkut hajat hidup orang banyak seperti impor beraskebijakan itu potensial untuk menyengsarakan banyak orang. Karenanya, data yang baru ini mesti jadi momentum baru untuk membuat kebijakan yang lebih baik dan menyejahterakan rakyat, termasuk petani," lanjutnya.

Henry mengapresiasi langkah pemerintah karena ini adalah koreksi atas kesalahan sudah berlangsung selama puluhan tahun, setidaknya sejak 1999.

"Ini adalah pekerjaan yang luar biasa dari pemerintahan sekarang," tuturnya.

Henry menambahkan, setelah koreksi data produksi beras ini, masih banyak pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan pemerintah, itu pasti. Data baru tentu saja membawa berbagai konsekuensi, koreksi dan penyesuaian-penyesuaian, itu juga pasti dan memang harus dilakukan; termasuk soal penganggaran, dan sebagainya.

"Kita optimis dengan data baru ini kedaulatan pangan akan tercapai, karena luasan lahan pertanian pangan akan bertambah dengan redistribusi tanah melalui reforma agraria dan perhutanan sosial. Tanah yang jutaan hektare yang diredistribusi ke petani tersebut akan menjadi lahan memproduksi pangan dengan model agroekologi," tutupnya.

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih