Kemenkeu Yakinkan Publik Pertumbuhan Ekonomi Masih Tinggi

Senin, 10/09/2018 22:27 WIB

Jakarta - Kementerian Keuangan telah bersinergi dengan OJK, BI, dan Kemenko Pereknomian untuk mengendalikan, menjaga stabilitas dan kepercayaan pasar.

Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara Kementerian Keuangan Robert Leonard mengaku berupaya mengurangi dampak negatif dari faktor eksternal.

Intinya, dari masing-masing K/L bersinergi dan melihat mengapa ini terjadi. Sehingga bagaimana ekonomi Indonesia bisa bertumbuh jika dilihat semua negara mayoritas tumbuh, kuenya diperebutkan semua negara.

"Ekonomi Tiongkok dan India sedang tumbuh. Berarti sebaran ekonomi dunia sedang bertumbuh pula. Semua negara masih positif, di tahun 2019 juga masih positif, semua negara juga masih positif. Berarti kita masih akan tetap panjang napasnya perekonomiannya. Bagaimana kita mengeluarkan porsi yang respontif dan antisipatif," jelasnya lagi.

Ia melanjutkan penjelasannya bahwa jika dilihat nilai tukar kita masih landai, pergerakan rupiah lebih landai. Sementara negara lain seperti Argentina dan Turki itu tinggi.

"Inflasi juga masih dibawah, suku bunga juga landai. Jika landai artinya masih dipercaya investor. Tingkat suku bunga yang diberikan juga turun, bukan naik. Jika dilihat kepercayaan konsumen Indonesia sangat tinggi. Jadi kami berbicara data, ini data yang terpublikasi luas. Sehingga orang luar juga percaya pada kita," tambahnya.

Lalu ekspor indonesia itu masih primer. Pertumbuhan ekonomi kita juga masih tinggi, kontribusi pertumbuhan kita artinya masih bagus. Pertumbuhan ekonomi sektor penyumbang terbesar adalah sektor primer yaitu pertanian. Lalu juga dari logistik e-commerce (perdagangan online) ecommerce.

"Berikutnya dari pertumbuhan tadi, kalau pengeluaran ekspor bertumbuh 7,7 persen. Hanya kecepatannya diambil-alih oleh impor tadi, kebanyakan itu investasi maupun barang-barang modal yang masuk ke kita," paparnya lagi.

Selanjutnya ia menegaskan bahwa ini masalah inflasi. Dimana inflasi agak naik dari makanan mungkin karena dari lebaran kemarin.

Kemenkeu memprediksi 2019 inflasi 3,5 persen. Tahun 2016-2017 curent defisit kita cukup tinggi, lalu kenapa beda dulu dan sekarang?

"Kalau dulu ada investasi masuk. Jadi bagaimana meyakinkan orang untuk masuk, karena investor akan sangat terpengaruh dengan berita. Lalu bagaimana ekspor? Pertanian lambat, manufaktor kuat, migas juga kuat, artinya masing-masing sektor tumbuh kecuali pertanian lambat," pungkasnya.

TERKINI
Sinergi Kementan-Kodim 1910 Malinau Tingkatkan Produksi dengan Perluas Areal Tanam Baru Kejagung Bakal Sita Aset Sandra Dewi Jika Terima Uang Korupsi Timah KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Kasus Pungli KPK Sita Rp48,5 Miliar Terkait Suap Bupati Labuhanbatu