Kementan Garap Lahan Rawa Lebak untuk Ketahanan Pangan

Rabu, 22/08/2018 12:29 WIB

Jakarta - Lahan rawa lebak yang dikelola secara tepat dapat menjadi salah satu sumberdaya yang berpotensi besar meningkatkan produksi pangan dan pendapatan petani. Dari 25 juta hektare luas lahan rawa lebak di Indonesia, baru sebagian kecil yang dimanfaatkan secara intensif untuk pertanian.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutnya sebagai raksasa tidur. Lahan rawa lebak yang diolah dengan baik bisa menjadi lahan pertanian produktif yang menambah pasokan pangan nasional.

Lahan rawa lebak yang sedang digencarkan oleh Kementerian Pertanian di antaranya ada di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Dengan bantuan ekskavator dan pompa gratis, lahan tersebut terbukti produktif, bahkan indeks pertanamannya bisa tiga kali dalam setahun.

Peneliti dari Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Yanti Rina megatakan hasil kajiannya pada lahan rawa lebak di tiga desa Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa petani di lahan rawa lebak umumnya memiliki beberapa pola usahatani yang menguntungkan.

"Pola usahatani yang dilakukan di rawa lebak tidak hanya produksi padi sawah, tetapi juga semakin menguntungkan dengan memelihara ikan, dan beternak itik," ungkap Rina di Jakarta (18/8).

Rina mengatakan, pelaksanaan tiga usahatani itu diyakini bepotensi memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani. Dari usahatani ternak itik dan pemeliharaan ikan saja misalnya, petani mampu mengantongi keuntungan antara dua hingga enam juta rupiah setiap bulannya. Itik yang diternak biasanya merupakan itik jenis alabio yang merupakan itik lokal dengan keunggulan sebagai itik petelur.

Namun demikian, Rina menjelaskan bahwa masalah utama dalam pemanfaatan lahan rawa lebak adalah tata air dan kesuburan lahan. Karena itu, fokus Kementan pada kegiatan agronomi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan, selain pengendalian tata air, adalah pola tanam dan penggunaan varietas unggul yang adaptif.

"Verietas Mekongga dan Ciherang apabila diikuti dengan ketepatan waktu tanam mampu akan menghasilkan Gabah Kering Giling antara 4,9 sampai 5,5 ton per hektar dengan nilai keuntungan mencapai 14 juta rupiah per hektar," kata Rina menambahkan.

TERKINI
Sederet Fakta Tentang Mahasiswa UCLA yang Ditangkap Polisi saat Memprotes Israel 2024, Pemerintah Bidik Penjualan Mobil Listrik 5.000 Unit Klopp Dirumorkan Bakal Kembali ke Borussia Dortmund Tahun Depan Muhadjir: Penanganan Bencana di Tiga Provinsi Berjalan Baik