Rabu, 15/08/2018 09:25 WIB
Tehran - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif Iran tidak akan membatasi pengaruhnya di Timur Tengah (Timteng) meski ada tekanan Amerika Serikat (AS).
"Iran tidak akan mengubah kebijakannya di kawasan itu (Timteng) karena sanksi dan ancaman AS," kata Zarif kepada Al Jazeera dalam wawancara yang dirilis pada Senin, dilansir Tehran Time, Rabu (15/8).
Ia mengatakan, permintaan AS untuk melakukan pembicaraan dengan Iran di bawah ancaman sanksi hanyalah aksi publisitas, bersikeras bahwa Washington harus menghapus sanksi terlebih dahulu.
Pada Mei, Presiden AS Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir 2015. Dan menjatuhkan kembali sanksi terhadap Iran. Sanksi jilid pertama malai berlaku pada Senin, 6 Agustus, kemudian jilid kedua pada 4 November 2018.
Turki Hentikan Semua Transaksi Ekspor dan Impor dengan Israel
Turki Hentikan Semua Transaksi Ekspor dan Impor dengan Israel
Komisi I DPR: Pemerintah Perlu Dialog Multilateral Redam Konflik di Timur Tengah
"Iran tidak akan pernah bernegosiasi mengenai program rudalnya karena rudal kami tidak mengancam siapa pun," kata Zarif.
Ia juga mengatakan gagasan untuk membentuk NATO Arab anti-Iran adalah semata-mata khayalan yang tidak berguna dan kebijakan yang usang.
"Arab Saudi memimpin kebijakan `jahat` di Yaman dan negara-negara Barat adalah kaki tangan dalam kejahatan ini karena memasok diam-diam senjata mereka," ungkapnya.
Pada Kamis lalu sekitar 50 anak sekolah Yaman dibantai saat bus yang mereka tumpangi menjadi sasaran serangan udara pimpinan Saudi. "Iran berdiri di samping Turki dalam menghadapi sanksi AS."Keyword : Iran Amerika Serikat Turki Timur Tengah