Begini Sejarah Panjang Cokelat Masuk ke Indonesia

Jum'at, 03/08/2018 01:02 WIB

Jakarta - Industri cokelat di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang. Saat ini, cokelat merupakan kategori camilan terfavorit urutan ke-empat setelah kategori pastry, biskuit, dan permen dengan pangsa pasar hingga 776 juta USD (sekitar 11,2 triliun rupiah).

Menjanjikannya peluang industri cokelat terlihat dari penetrasi konsumsi cokelat di Indonesia yang masih berkisar di angka 78% (dibanding dengan kategori camilan lain seperti biskuit yang telah mencapai 90%).

Mulanya tanaman cokelat dihasilkan dari Kakao, lembah sungai Amazon, lalu dibudidayalan jadi minuman dari Kakao yang berarti Air pahit atai cairan pahit.

Bangsa maya dan aztec memainkan peranan penting bagi keberlangsungan Kakao. Mereka menganggap kakao sebagai lambang kesuburan dan praktik kesehatan, minuman kemakmuran atau minuman para dewa.

Ketika biji Kakao datang pertama kali ke Spanyol, mereka mulai mencampur cokelat dengan bahan lain, gula tebu, vanila dan rempah, sebab kalau hanya cokelat terasa pahit. Cokelat pun menjelma jadi minuman selera kaum bangsawan, banyak yang tergila-gila sama cokelat.

Menilik ke masa lampau, jika merujuk pada penjelasan Food Historian Fadly Rahman, cokelat memiliki sejarah yang panjang di Indonesia.

Bahan baku cokelat, atau lebih dikenal dengan nama kakao, pertama kali dibawa ke Indonesia pada tahun 1560, namun saat itu kakao belum menjadi komoditas utama. Kakao mulai terkenal di tahun 1880 saat perkebunan kakao terbentuk di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Industri kakao mengalami perkembangan pesat di tahun 1938, dengan 29 perkebunan di Jawa, yang semakin mendorong pengembangan industri makanan yang berbahan dasar cokelat," ujarnya saat mengisi diskusi Serba-serbi Cokelat di Jakarta, Kamis (2/8).  

Meski awalnya identik dengan gaya hidup bangsawan Eropa, seiring maraknya industri cokelat di awal abad 20, cokelat menjadi lebih populer sebagai pilihan ngemil masyarakat Indonesia.

"Citra cokelat pada masa sekarang, dari anak2 dan dewasa bicara soal citarasa. Belum lagi bicara soal simbol romantisme dan kehangatan. Tidak sekadar makan, tapi juga ada mitos dan fantasi," jelas Fadly.

TERKINI
Richie Sambora Harus Berlutut ke Jon Bon Jovi agar Livin` on a Prayer Dimasukkan ke Album Lagi Bucin, Dua Lipa Peluk Mesra Callum Turner di Jalanan Berkarier Sejak Muda, Anne Hathaway Sering Alami Stres Kronis Gara-gara Tuntutan Pelecehan Seksual, Lady Gaga Batalkan Pesta Lajang Adiknya