Kenaikan Harga Pakan Dipicu Pelemahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

Selasa, 03/07/2018 08:59 WIB

Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menurunkan Pengawas Mutu Pakan (Wastukan) untuk melakukan pengambilan sampel sekaligus mengecek kemasan dan label yang memuat Nomor Pendaftaran Pakan (NPP). Itu dilakukan untuk menindaklanjuti pernyataan Ketua PPUN, Sigit Prastowo yang menilai harga pakan ternak saat ini tergolong mahal dan kualitas di dalam pakan tersebut berkurang.

Direktur Pakan Ditjen PKH, Sri Widayati menyampaikan, mekanisme pengambilan sampel akan mengacu kepada Permentan No 22 Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan Peredaran Pakan. Selanjutnya Ketua PPUN Sigit Prastowo saat dikonfirmasi oleh Tim Wastukan Ditjen PKH menyatakan siap melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi asal pakan yang menurutnya harganya tergolong mahal, namun mutu nutrisinya di bawah standar.

"Informasi hasil penelusuran, utamanya pakan yang diduga nutrisinya di bawah standar akan diambil sampelnya untuk diuji di laboratorium pakan pemerintah yang terakreditasi," kata Direktur Pakan Sri Widayati.

Menurut Sri Widayati, pencantuman NPP dan label menjadi jaminan dan komitmen perusahaan atas mutu dan keamanan pakan yang diproduksi, sebab untuk memperoleh NPP dipersyaratkan lolos uji mutu dan keamanan pakan di laboratorium milik pemerintah atau pemerintah daerah yang telah terakreditasi.

"Pengambilan sampel selain di produsen pakan, juga dilakukan di peternak, sehingga kita dapat memastikan di titik mana terjadinya penurunan kualitas pakan," ungkap Sri Widayati.

Lebih lanjut Ia sampaikan, dalam hal terjadinya kenaikan harga pakan saat ini, lebih disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar dan kenaikan harga beberapa bahan pakan impor seperti bungkil kedelai (soybean meal) dan tepung tulang/daging (meat bone meal). Sebagai ilustrasi, harga rata-rata bungkil kedelai tahun 2017 sebesar 390 USD/MT dan rata-rata harga tahun 2018 (sampai dengan Mei) sebesar 422 USD/MT atau naik sebesar 8,20 persen.

Namun demikian berdasarkan konfirmasi dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) kenaikan harga pakan hanya sekitar 2-3 persen. Hal ini terjadi karena ketatnya persaingan antar produsen dan masih adanya stok bahan pakan di produsen.

Dalam formulasi pakan, penggunaan bahan pakan lokal masih mendominasi sekitar 65 persen dalam bentuk jagung, dedak, Crude Palm Oil (CPO) dan lain-lain. Sisanya sekitar 35 persen, seperti bungkil kedelai, tepung tulang/daging dan premiks,  masih belum dapat diproduksi di Indonesia karena alasan efisiensi.

"Komunikasi dan koordinasi antara unsur-unsur Pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pelaku usaha dan, Asosiasi Produsen Pakan, Asosiasi Peternak Unggas terus dilakukan, untuk menjamin terwujudnya sinergi antar stakeholders pakan, untuk terwujudnya kesejahteraan peternak," kata Sri Widayati.

TERKINI
Dasco Pastikan Daftar Kabinet Prabowo-Gibran yang Beredar Tidak Benar Dunia Alami Krisis Guru, Ini Saran PGRI ke Pemerintah Genjot Penjualan di China, Toyota Gandeng Tencent Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China