Faktor Global Dianggap Penyebab Lemahnya Rupiah

Jum'at, 29/06/2018 21:26 WIB

Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyatakan ketidakpastian pasar keuangan global telah memicu pelemahan beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah. Pada 28 Juni tercatat pada level Rp14.390 per USD, melemah 3,44 persen dibandingkan dengan level akhir Mei 2018.

Menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, ketidak pastian pasar keuangan global disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain prakiraan kenaikan Fed Fund Rate yang lebih agresif pasca FOMC Juni 2018 dan volatilitas imbal hasil surat utang AS yang masih tinggi.

“Kondisi demikian memerlukan respons kebijakan yang tepat untuk memelihara imbal hasil pasar keuangan di negara berkembang agar tetap menarik bagi investor,” kata Perry seusai Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Jumat.

Gubernur BI mengatakan pemicu ketidakpastian pasar keuangan global juga akibat kebijakan bank sentral Uni Eropa (ECB) yang menurunkan net pembelian aset, kebijakan bank sentral Tiongkok (PBoC) yang menurunkan giro wajib minimum (GWM).

Harga minyak yang naik, serta ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang kembali meningkat juga menjadi faktor penyebab ketidakpastian pasar keuangan global,” lanjut dia.

“Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan,” tekan Perry.

Mesti terjadi ke-tidak-pastian keuangan dan mengetatnya likuiditas global, kata Perry, pertumbuhan ekonomi global 2018 diprakirakan terus berlanjut.

Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan tetap mencapai 3,9 persen, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,8 persen yang didorong oleh berlanjutnya akselerasi ekonomi AS,

Selain itu, masih kuatnya pertumbuhan ekonomi Eropa serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, menjadi penopang  pertumbuhan ekonomi global 2018, jelas Perry.

Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik, menurut Perry, telah meningkatkan volume perdagangan dunia, yang kemudian berdampak pada harga komoditas yang tetap kuat.  (AA)

 

TERKINI
Narkoba, Selebgram Chandrika Chika Cs Dikirim ke Lido untuk Rehabilitasi 50 Musisi Akan Ramaikan Jakarta Street Jazz Festival 2024, Ada Tompi sampai Andien Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina untuk Ganggu Pasokan Senjata AS Rilis 11 Album, Musik Taylor Swift Dikritik Vokalis Pet Shop Boys Mengecewakan