Selasa, 29/05/2018 11:10 WIB
Port Moresby - Pemerintah Papua Nugini resmi menutup Facebook selama satu bulan ke depan, dalam upaya untuk menindak pengguna palsu, sembari mempelajari dampak penggunaan media sosial terbesar itu terhadap masyarakat.
Menteri Komunikasi Sam Basil mengatakan, hanya dengan melakukan penutupan para analisnya dapat mencari tahu siapa saja yang menggunakan platform tersebut, bagaimana menggunakannya, serta mengetahui potensi ancaman kesejahteraan sosial, keamanan, dan produktivitas.
"Waktu akan memungkinkan informasi dikumpulkan, guna mengidentifikasi pengguna yang bersembunyi di balik akun palsu, pengunggah gambar porno, pengguna yang memostong informasi palsu dan menyesatkan. Nantinya akan difilter dan dihapus," ujar Basil dilansir dari The Guardian.
Pasca kejadian bocornya puluhan juta data pengguna Facebook ke Cambridge Analytica, Basil berulang kali menegaskan kekhawatiran pemerintah atas data pribadi pengguna.
Tanggapi Pernyataan Biden, PM Papua Nugini Sebut Negaranya Tidak Pantas Dicap Kanibalisme
Haaland Minta Teknologi Garis Gawang Diterapkan Menyeluruh
Mengharukan, Pesan Terakhir Gadis Cantik Viral di Facebook Setelah Kematiannya
"Pemerintah nasional disapu globalisasi IT, sehingga tidak pernah benar-benar memiliki kesempatan untuk memastikan keuntungan atau kerugian, bahkan mendidik dan memberikan panduan tentang penggunaan jejaring sosial seperti Facebook kepada warga Papua Nugini," terangnya.
Basil menyebut risiko dan kerentanan Facebook lebih luas dari pada potensi ancaman pelanggaran data, termasuk kemungkinan Facebook bertindak sebagai platform periklanan yang tak terkendali. Ini menjadi ancaman produktivitas warga, terutama karyawan dan anak-anak.
Keyword : Facebook Tekno Papua Nugini