Jum'at, 04/05/2018 06:01 WIB
Jakarta – Tak seperti pemilihan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), pemilihan rektor di perguruan tinggi melalui proses yang tidak gampang. Pasalnya, seorang rektor mengembang tanggung jawab besar supaya institusinya mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menjelaskan, pemilihan rektor di perguruan tinggi diawali dengan penyaringan para calon rektor yang telah mendaftar atau mengajukan diri.
Para calon rektor tersebut, kemudian disaring hingga diperoleh daftar pendek (shortlist), yang berisi tiga orang calon rektor. Sesuai Permenristekdikti Nomor 1 Tahun 2015, ketiga calon tersebut diajukan ke pemerintah untuk dievaluasi terlebih dahulu.
“Setelah jadi tiga calon, mereka tentukan satu dua tiganya, kami akan evaluasi,” kata Menteri Nasir usai melantik rektor Universitas Siliwangi dan rektor Universitas Soedirman (Unsoed), pada Kamis (3/5) malam di Jakarta.
Kemdikbudristek: Kecerdasan Buatan Dorong Pemajuan Perguruan Tinggi
Gus Halim Optimistis SMK Sultan Agung Jombang Makin Berkembang
Yandri Susanto: Lembaga Pendidikan Berperan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Setelah nama tiga calon rektor itu berada di tangan Kemristekdikti, akan ada seleksi khusus. Di antaranya bekerja sama dengan KPK dan PPATK untuk mengecek sistem keuangan yang bersangkutan, hingga mencari tahu bila mana ada transaksi yang mencurigakan.
“Kalau sudah dilakukan semuanya, baru dilakukan pemilihan oleh anggota senat yang ada di perguruan bersama kementerian,” jelasnya.
Dalam pemilihan rektor yang melibatkan senat dan kementerian, menteri memiliki suara sebesar 35 persen. Sedangkan senat memiliki porsi yang lebih banyak, yaitu 65 persen.
Apabila terdapat dua calon rektor memiliki jumlah suara yang sama, maka pemilihan akan dilanjutkan ke putaran kedua dengan cara yang sama. Calon terpilih dengan suara terbanyak kemudian akan dilantik oleh Menristekdikti.