Menopang Swasembada 2045, Kementan Desain Pemanfaatan 20 juta Hektar Lahan

Selasa, 24/04/2018 22:01 WIB

Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Dr. Muhammad Syakir mengatakan, demi menopang swasembada pada 2045 diperlukan usaha untuk mendesign pemanfaatan lahan rawan sebanyak 20 hektar, yang terdiri dari 10 hektar lahan rawan dan 10 hektar lahan kering.

"Sekarang kita sudah susun untuk membekap pilar penentu untuk swasembada pada tahun 2045. Kita tidak boleh hanya terfokus pada 8,2 juta lahan eksistis untuk mensupport pangan kita," ujar Syakir usai menandatangani nota kesepakatan antara rektor Universitas Al Azhar Indonesia dengan Balitbangtan Kementerian Pertanian RI, Selasa (24/04) di Jakarta.

Menurut Syakir, perwujudan dari rencana tersebut tentu bukan pekerjaan mudah, sehingga diperlukan korporasi dan kerjasama dengan lembaga-lambaga lain khususnya perguruan tinggi, yang dinilai memiliki sumber daya mumpuni.

"Ini bukan pekerjaan ringan, makanya Menteri Pertanian pernah mengatakan bahwa langkah ini harus berdasarkan perhitungan saintifik. Oleh karena itu kita harus menggandeng perguruan-perguruan tinggi," tutur Syakir.

"Jika ingin ada lompatan yang kuat perlu adanya korporasi antara Balitbang dan perguruan tinggi. Karena perguruan tinggi memiliki sumber daya manusia yang kuat," tambahnya.

"Fokus kita tak hanya di bidang riset saja melainkan menyelesaikan seluruh permasalahan-permasalahan bangsa dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi," lanjutnya.

"Bangsa ini harus kerja bersama, tidak bisa sendiri-sendiri, karena tidak mungkin mampu melakukan inovasi sendiri."

Alumni Institut Pertanian Bogor menambahkan, Balitbangtan telah melakukan penandatanganan MoU dengan 53 perguruan tinggi di Indonesia, dan sekaligus menyalurkan bantuan berupa benih serta pembukaan lahan. Hal itu dilakukan agar mendorong mahasiswa lebih mencintai sektor pertanian.

"Kita memberikan bantuan kepada mahasiswa berupa bantuan benih, pembukaan lahan juga kita kasih,"katanya.

"Jangan sampai mahasiswa itu enggan turun langsung jadi petani, karena ia tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu yang diharapkan agar mahasiswa tertarik di sektor pertanian," tutupnya.

 

TERKINI
Berkali-kali Mengungsi, Warga Gaza Cari Tempat Aman Sebelum Serangan Israel di Rafah Khawatirkan Poros Moskow-Pyongyang, Kyiv Selidiki Puing-puing Rudal Korea Utara di Ukraina Israel Serang Gaza Habis-habisan, Ketersediaan Bahan Bakar hanya Cukup untuk Tiga Hari Sweater `Buluk`Kim Kardashian Dianggap tak Matching dengan Gaun Glamor Met Gala 2024