Serangan Bersama ke Suriah, AS Ledek Senjata Buatan Rusia

Sabtu, 21/04/2018 09:52 WIB

Washintong - Isu rezim Assad menyerang distrik Douma di pinggiran Ghouta Timur menggunakan senjata kimiah berbuah serangan bersama Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis di pusat penelitian senjata kimia dekat Damaskus, gudang senjata kimia dan pusat komando di barat Homs.

Hanya selang beberpa hari, direktur Staf Gabungan Militer AS Kenneth McKenzie mengatakan Gedung Putih tidak berniat untuk mengubah keseimbangan strategis konflik di Suriah.

"Kami tidak ingin mengubah keseimbangan strategis konflik Suriah dengan serangan-serangan itu. Kami berusaha untuk memperingatkan rezim bahwa tindakan mereka tidak bisa dibenarkan sama sekali," kata McKenzie, Jumat (20/4) kemarin.

Menurut badan pertahanan Suriah, the White Helmet, awal bulan ini, pasukan rezim Assad menyerang distrik Douma di pinggiran Ghouta Timur menggunakan gas beracun hingga menewaskan sedikitnya 78 warga sipil.

McKenzie juga mengatakan, meskipun sistem pertahanan udara S-400 Rusia aktif memindai selama serangan berlangsung, namun Rusia tidak pernah mencegat rudal yang ditembakkan koalisi pimpinan AS.

"Mereka memilih untuk tidak terlibat, jadi saya tidak bisa berspekulasi apapun," ujar katanya.

McKenzie menambahkan bahwa koalisi pimpinan AS merencanakan operasi sebaik mungkin untuk mencegah kebocoran bahan kimia di area yang tertembak, sehingga operasi itu dapat berlangsung dengan sukses tanpa menyebabkan korban jiwa.

Ia menggambarkan reaksi rezim Assad saat operasi koalisi berlangsung sebagai "bingung dan kacau".

"Mereka tidak paham mengenai apa yang sedang terjadi di sekeliling mereka," jelas McKenzie.

Sementara itu, juru bicara Pentagon Dana White membantah bahwa sistem pertahanan udara Rusia mencegat sebagian besar rudal koalisi. Ia mengatakan, pertahanan udara buatan Rusia yang dioperasikan oleh awak Suriah sama sekali tak berguna.

"Sistem pertahanan udara buatan Rusia benar-benar tidak efektif," jelas White.

Kota Damaskus yang terletak di pinggiran Ghouta Timur telah dikepung selama lima tahun terakhir. Akses kemanusiaan ke wilayah yang merupakan rumah bagi 400.000 jiwa itu telah benar-benar terputus.

Dalam delapan bulan terakhir, rezim Assad telah mengintensifkan pengepungan, sehingga bantuan makanan maupun obat-obatan sama sekali tidak bisa tersalurkan.

TERKINI
Terinspirasi Lagu Taylor Swift di TTPD, Charlie Puth Segera Rilis Single `Hero` Tak Mau Punya Anak, Sofia Vergara Lebih Siap Jadi Nenek Supri FX Certa Kisah Cinta dengan Istri Lewat Single Tetaplah Dalam Pelukanku Raih Nominasi Aktor Terbaik di La La Land, Ryan Gosling Akui Sebuah Penyesalan