Selasa, 27/02/2018 09:42 WIB
Jakarta - Penyidik Skotlandia mengemukan, kemungkinan ada hubungan antara asma pada wanita dan perubahan tingkat hormon wanita seperti estrogen dan progesteron.
Penelitian dinilai bisa membantu menjelaskan mengapa asma lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan di masa kanak-kanak, namun lebih sering terjadi pada wanita setelah pubertas.
Mereka meninjau lebih dari 50 penelitian terhadap lebih dari 500.000 wanita penderita asma sejak pubertas sampai usia 75 tahun. Mereka menemukan, mulai memiliki periode sebelum usia 11 tahun dan memiliki periode tidak teratur dikaitkan dengan risiko asma yang lebih tinggi.
Namun penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa hormon wanita menyebabkan asma berisiko meningkat. Penelitian itu hanya menunjukkan sebuah asosiasi.
Aneh Tapi Nyata, Fosil Naga China Mirip Monster Loch Ness Ditemukan di Tiongkok
Penyidik Panggil Saksi Ahli Bahasa Tubuh di Kasus Anak Tamara Tyasmara
Penyidik Ungkap, Tamara Tyasmara Sering Titipkan Dante ke Tersangka Yudha
Para peneliti juga menemukan bahwa wanita memiliki risiko asma yang lebih tinggi pada saat menopause dibandingkan sebelum menopause, menurut penelitian tersebut.
"Asma dan gejala alergi sering dipengaruhi oleh kejadian hidup seperti masa pubertas dan menopause, namun alasan di balik ini tidak jelas," kata pemimpin studi Nicola McCleary, dari Pusat Penelitian Terapan UK Asthma Inggris.
"Dalam melakukan tinjauan sistematis ini, kami mencatat, ada banyak perbedaan antara penelitian yang menyelidiki perawatan hormonal dalam hal jenis dan dosis hormon, dan cara pasien melakukan perawatan," katanya dalam siaran pers universitas.
"Ini membuat sulit untuk menarik kesimpulan yang kuat dari hasilnya," McCleary menambahkan.
"Kami sekarang sedang melakukan sebuah proyek untuk mengklarifikasi peran kontrasepsi dan terapi penggantian hormon HRT pada gejala asma dan alergi."
Keyword : Skotlandia Asma Hormon wanita