Petani Perancis Lebih Bahagia Tanpa Alsintan

Jum'at, 16/02/2018 09:16 WIB

Jakarta - Ketika mesin pertanian merevolusi pertanian Prancis setelah Perang Dunia Kedua, seorang muda Jean-Bernard Huon justru memunggungi teknologi baru tersebut.

Setengah abad kemudian, di sudut selatan Brittany di pantai barat Prancis, Huon masih menggunakan lembu untuk membajak ladangnya. Ia bertekat menjaga tradisi leluhur nenek moyangnya.

Di peternakan kecil tempat ia dibesarkan, pria yang berusia 70 tahun dengan janggut putih dan rekannya Laurence, delapan ekor sapi menggiling tepung secara manual dan tanpa lelah mengumpulkan pupuk kandang untuk menyuburkan tanaman, serta memberi makan ternaknya.

Pendekatan manual Huon terhadap pertanian subsisten adalah hal yang jarang terjadi di ekonomi terbesar Uni Eropa. Ia tidak menjual barangnya ke hipermarket Prancis. Justru, ia menjual daging babi, sapi dan menteganya kepada siapa pun yang mengunjungi peternakannya yang bobrok di Riec-sur-Belon.

"Saya orang luar yang bahagia," kata Huon di peternakan tempat ia tinggal tanpa air panas. "Saya selalu mengatur sendiri, saya belum pernah kaya tapi apa yang harus saya pedulikan?"

"Petani saat ini memiliki lebih banyak tanah dan hewan dari saya, tapi mereka tidak lebih bahagia dari saya. Mereka menghadapi banyak kendala," jelasnya

Dalam dekade terakhir, ia membuat beberapa konsesi untuk menghibur. Ia beralih dari pekerjaan kuda ke lembu yang lebih jinak. Baru-baru ini, seiring bertambahnya usia membatasi aktivitasnya sendiri, ia berinvestasi dalam dua traktor untuk mengangkat jerami.

Kehadirannya yang bersahaja bergema pada saat pertanian intensif semakin dikritik dan persediaan makanan organik lokal terus digemari.

Sementara produksinya efektif organik, ia menolak untuk menggunakan label tersebut untuk memasarkan barangnya dan telah menghindari tren distribusi seperti pasar petani.

Ia juga tidak akan mengkritik petani yang menganut mesin dan bahan kimia modern, termasuk mereka yang menggunakan glifosat gulma, yang menjadi bahan perdebatan sengit di Eropa mengenai potensi risiko kesehatannya.

"Orang-orang mengkritik dan itu bagus untuk dikritik, tapi Anda harus tahu mengapa hal itu terjadi. Bahan kimia adalah pembebasan bagi petani. Bisa anda bayangkan Anda menerapkan beberapa glifosat dan Anda tidak memiliki gulma lagi. Kalau tidak, Anda harus melakukannya dengan cangkulnya. "

Huon berharap bisa menemukan penerus untuk melestarikan semangat tradisional peternakan tersebut, yang ia rencanakan disumbangkan daripada menjual. Meskipun demikian, ia menyadari, siapa pun yang mengikuti harus melakukan perubahan karena tekanan peraturan menjadi semakin ketat.

"Saya tinggal di saat Anda bisa mengatur dengan mudah, Anda hanya harus memiliki tanah dan Anda bisa berproduksi. Orang seperti kita seharusnya tidak ada lagi, tapi selama kita berada di sekitar mereka harus tahan dengan kita," jelasnya, dikutip dari Reuters.

TERKINI
Jessica Alba Jadi Komando Pasukan Khusus di Trigger Warning Tinggalkan Dunia Modeling, Bella Hadid Ungkap tak Perlu Pasang Wajah Palsu Pangeran William Beri Kabar Terbaru tentang Kesehatan Kate Middleton Hati-hati, Meski Marah Cuma 8 Menit Bisa Berisiko Kena Serangan Jantung