Rabu, 06/12/2017 08:55 WIB
Ankara - Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengancam akan memutuskan hubungan dengan pemerintah Israel, jika Amerika secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa Trump kemungkinan akan menyampaikan pidatonya pada Rabu (6/12) yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, sebuah langkah yang akan mematahkan beberapa dasawarsa kebijakan Amerika dan dapat memicu kekerasan di Timur Tengah.
Israel menduduki Yerusalem Timur Arab dalam perang Timur Tengah 1967. Negara Yahudi ini kemudian menyatakan seluruh Kota Yerusalem sebagai ibu kotanya, meski tidak diakui secara internasional. Warga Palestina menginginkan Yerusalem sebagai ibukota negara mereka di masa depan.
"Saya sedih mendengar laporan bahwa Amerika Serikat bersiap untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel," kata Erdogan dilansir Reuters, Rabu (5/12)
Sebut Demonstrasi Ciri Demokrasi, Menlu AS Kecam Sikap Diam Mahasiswa terhadap Hamas
Netanyahu Sebut Apapun Keputusan ICC Tidak akan Pengaruhi Tindakan Israel di Gaza
Tiongkok Bakal Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina Hamas dan Fatah
"Trump, Yerusalem adalah garis merah umat Islam. Merupakan pelanggaran hukum internasional untuk mengambil keputusan yang mendukung Israel sementara luka masyarakat Palestina masih berdarah," katanya dalam sebuah rapat parlemen di Partai AK yang berkuasa.
"Kebijakan tersebut dapat memutuskan hubungan Turki dengan Israel, saya memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak mengambil langkah yang akan memperdalam masalah di wilayah ini."
Juru bicara pemerintah Israel belum merespon pernyataan tersebu. Namun, Menteri Pendidikan Naftali Bennett, seorang mitra senior di pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menepis komentar Erdogan.
"Akan ada orang-orang yang mengkritik Yerusalem daripada simpati Erdogan," katanya.
Keyword : Yerusalem Amerika Serikat Israel Turki