Lawan Radikalisme di Kampus Butuh Cara Baru

Kamis, 28/09/2017 23:48 WIB

Jember – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan perlawanan terhadap radikalisme di lingkungan kampus butuh cara yang lebih kreatif. Hal ini disampaikan menyusul tingginya potensi perguruan tinggi sebagai sasaran penyebaran ideologi terorisme dan radikalisme.

“Di kampus, saya harapkan muncul berbagai konsep akademik untuk melawan radikalisme yang dihubungkan dengan pengembangan SDM secara sosial, ekonomi, dan budaya. Dengan cara ini kita dapat secara sistematis melawan berkembangnya pemikiran radikal dan mencegah terorisme,” kata Menteri Nasir saat menghadiri Deklarasi Anti Radikalisme di Universitas Jember, Rabu (27/9).

Selain melakukan pendekatan khusus, melawan ideologi radikal juga membutuhkan pengawasan dari pimpinan perguruan tinggi. Menurut Nasir, kampus dapat melakukan tindakan tegas bila terdapat berbagai aktivitas yang disinyalir dapat merongrong kekohan Pancasila dan keutuhan NKRI.

“Tegas, tapi tetap santun dan tidak mematikan kreativitas mereka,” ujarnya.

Nasir menegaskan, jika ada dosen maupun mahasiswa terlibat dalam gerakan radikalisme, atau tergabung dalam organisasi yang berlawanan dengan ideologi Pancasila seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), maka akan diambil tindakan tegas oleh pemerintah.

“HTI itu sudah dibubarkan. Dan dosen harus memilih apakah masih bekerja atau tidak. Jika masih bergabung dengan HTI, maka akan diberhentikan,” tegasnya.

TERKINI
Sinergi Kementan-Kodim 1910 Malinau Tingkatkan Produksi dengan Perluas Areal Tanam Baru Kejagung Bakal Sita Aset Sandra Dewi Jika Terima Uang Korupsi Timah KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Kasus Pungli KPK Sita Rp48,5 Miliar Terkait Suap Bupati Labuhanbatu