Amerika Serikat Sebut Kesepakatan Nuklir Iran Mengerikan

Jum'at, 11/08/2017 18:14 WIB

Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali menyebut Iran tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai dengan kekuatan dunia, termasuk AS dan China. Karena itu, ia menganggap kesepakatan tersebut mengerikan.

“Saya beripikir mereka tidak memenuhi semangat kesepakatan nuklir 2015. Mereka tidak sesuai dengan kesepakatan, dan Anda lihat beberapa hal yang sangat kuat terjadi jika mereka tidak menyesuaikan diri,” kata Trump kepada wartawan di klub golfnya di Bedminster, New Jersey dikutip People Daily, pada Jumat (11/8)

Kesepakatan yang dicapai di bawah mantan presiden Barack Obama memberi kemudahan kepada Iran dari sanksi internasional besar-besaran sebagai imbalan  membatasi kemampuannya membuat bahan untuk senjata nuklir.

Di jalur kampanye, Trump berulang kali mengkritik kesepakatan tersebut, dan berjanji menegosiasi ulang persyaratannya. Dan setelah resmi menjadi presiden, ia lalu menuduh Teheran mendukung kelompok ekstremis di Timur Tengah dan memberlakukan sanksi baru terhadap negara tersebut, yang terakhir kali disahkan bulan lalu.

Washington mengatakan, tindakan penghukuman tersebut menargetkan program rudal Teheran dan pelanggaran hak asasi manusia, yang tidak termasuk dalam kesepakatan nuklir. Iran, bagaimanapun, menolak sanksi tersebut yang menyebut  mereka melanggar kesepakatan tersebut.

Terlepas dari keberatan Trump terhadap kesepakatan tersebut dan tuduhannya kepada Teheran karena diduga gagal bertindak sesuai dengan kesepakatan tersebut, Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi dua kali sejak Trump datang ke kantor bahwa Iran sebenarnya mematuhi persyaratan kesepakatan 2015.

TERKINI
Selalu Spektakuler, Zendaya Masih Bingung Pakai Gaun Apa di Met Gala 2024 Pendapatannya Jauh Beda dengan Taylor Swift, Travis Kelce Disebut Miskin Emily Blunt Puji Taylor Swift Bisa Membangkitkan Kepercayaan Diri Putri Sulungnya Suka Berkencan dengan `Berondong`, Cher Ungkap Pria Seusianya Sudah Banyak yang Mati