KKP Tawari Investor Garap Sisi Hilir Perikanan

Selasa, 07/05/2024 17:23 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP) menawarkan investasi di sisi hilir komoditas kelautan dan perikanan. Secara peluang, diperkirakan market size produk perikanan global menyentuh US$605,46 miliar pada 2029.

"Peluang hilirisasi perikanan begitu besar, artinya kalau tidak ikut terlibat bisa-bisa kita ketinggalan di 2029," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo di Indonesia Aquaqulture Business Forum.

Budi memaparkan dari sisi permintaan, produk bermutu, bergizi dan bernilai tambah menjadi kata kunci yang kini dicari pasar. Karenanya, produk berlabel traceability, eco friendly, sustainability, ready to eat, ready cook dan ready to serve semakin diminati konsumen.

"Artinya apa, konsumen kita semakin cerdas karena menghendaki produk bermutu dan berkelanjutan," tutur Budi.

Tak hanya itu, dari sisi piramida nilai tambah, Budi melihat komoditas perikanan bisa diolah menjadi berbagai berbagai varian produk. Mulai dari raw material yang bisa langsung dimasak, kemudian pengolahan pakan hewan ternak, produk kesehatan, kosmetik, hingga farmasi.

Dikatakannya, KKP juga telah merespons permintaan pasar dengan penyediaan bahan baku secara kontinyu dan sesuai standar baik jenis, ukuran hingga mutu. Budi menyontohkan sertifikasi Good Manufacturing Practice (GMP) misalnya, menunjukkan bahwa industri pengolahan menerapkan praktek yang baik.

"Ini kita belum bicara bagaimana teman-teman di KKP juga concern pada mutu sejak hulu misalnya dengan sertifikat CBIB, CPIB, dan lain-lain," terang Budi.

Dalam kesempatan ini, Budi memaparkan analisa daya saing lima komoditas prioritas. Pasar udang global misalnya, senilai US$60,4 miliar pada 2023. Kemudian rumput laut US$16,7 miliar, tilapia US$13,9 dan kepiting-rajungan US$879 miliar serta lobster menyentuh US$7,2 miliar pada yang sama.

Sementara market share Indonesia di pasa global mencapai 16,4 persen untuk rumput laut, lalu 9,7 persen untuk tilapia, dan 6,7 persen untuk udang pada 2022.

"Kepiting-rajungan kita baru 1,9 persen dan lobster hanya 0,5 persen. Tapi potensi kita ada untuk terus melakukan peningkatan," tutur Budi.

Karenanya, guna meningkatkan minat investasi di sektor kelautan dan perikanan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif. Di antaranya tax allowance berupa keringanan pajak penghasilan (PPh) dari nilai investasi atau 5 persen per tahun selama 6 tahun. Lalu investment allowance berupa pengurangan laba bersih sebesar 60 persen dari total nilai investasi untuk 6 tahun atau 10 persen setiap tahun.

Budi memastikan jajarannya juga siap mendampingi para pelaku usaha agar bisa mengakses insetif tersebut.

"Mengurus perizinan berusaha juga semakin mudah melalui sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik yang menyederhanakan prosedur, meningkatkan efisiensi, dan transparansi," kata Budi.

Sebagai informasi, realisasi investasi kelautan dan perikanan mencapai Rp12,07 triliun pada 2023. Jumlah ini meningkat 38,02 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp8,75 triliun. Budi menyebut pengolahan menjadi bidang usaha terbesar dalam menyerap investasi (38,56 persen) disusul budi daya (26,63 persen), perdagangan (20,25 persen), penangkapan (12,41 persen) dan jasa perikanan (1,97 persen).

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengaku tengah bersiap merencanakan pembangunan infrastruktur berupa data terintegrasi. Data ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan dan investasi di kelautan dan perikanan Indonesia.

TERKINI
Video CCTV Beredar, Fans Jijik dengan Aksi Kekerasan Sean Diddy Combs terhadap Cassie Ventura Cassie Ventura `Disiksa` Sean Diddy Combs, Inilah Fakta Tuduhan Pelecehan Seksual Selama Satu Dekade Pukuli Cassie Ventura, Alex Fine Sindir Sean Diddy Combs `Bukan Seorang Pria` Rapper 50 Cent Hujat Sean Diddy Combs yang Memukuli Cassie Ventura di Hotel