Rabu, 05/04/2017 21:09 WIB
Suriah - Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat pasca serangan kimia mematikan yang diduga didalangi Presiden Bashar al-Assad yang menewaskan dan melukai puluhan warga sipil. Serangan kimia terhadap kota yang dikuasai pemberontak itu mendapat kecaman internasional
Seperti diwartakan BBC, Rabu (5/4), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam serangan kimia yang disebabkan oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ia mengatakan tindakan itu tak bermutu. Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menuduh pemerintah Suriah "brutal, barbarisme tak tahu malu," katanya
Dalam pertemuan konferensi di di Brussels diperkiarakan akan dihadiri 70 negara untuk membahas upaya bantuan di Suriah. Delegasi berupaya meningkatkan akses kemanusiaan bagi ribuan warga sipil yang terperangkap pertempuran.
Pengadilan Turki Menghukum Warga Suriah atas Pemboman Istanbul
Hari Ini Dewan Keamanan PBB Gelar Pemungutan Suara soal Keanggotaan Palestina di PBB
Menteri Luar Negeri Iran Resmikan Situs Baru untuk Layanan Konsuler di Damaskus
Perang sipil Suriah sudah berlangsung selama lebih dari enam tahun. Hampir lima juta warga Suriah melarikan diri dari kediaman mereka, dan lebih dari enam juta pengungsi, kata PBB. Lebih dari 250.000 orang tewas.
Pertemuan darurat, Rabu (5/4) Dewan Keamanan PBB didesak oleh Perancis dan Inggris sebagai kemarahan internasional atas serangan gas di Khan Sheikhoun, provinsi Idlib, Selasa (4/4)
Kepada wartawan di New York, Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft, mengatakan serangan kimia di Suriah adalah "berita yang sangat buruk untuk perdamaian di Suriah". "Ini merupakan kejahatan perang, dan saya memanggil anggota Dewan Keamanan yang sebelumnya telah menggunakan veto mereka untuk membela yang tidak dapat dipertahankan untuk mengubah arah mereka," katanya
Dari video yang beredar korban gas kimia adalah warga sipil, banyak dari mereka anak-anak, tersedak dan mulutnya berbusa. Kelompok pemantau yang berbasis di Inggris Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan korban tewas pada 58, termasuk 11 anak-anak. Hingga kini belum ada kejelasan jenis bahan kimia tersebut, namun kelompok-kelompok pro-oposisi menyanininya Sarin atau agen saraf yang mematikan.