Sabtu, 18/02/2023 18:35 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Program Kampus Mengajar bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), diharapkan mampu mendongkrak nilai PISA Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Sekolah Dasar, Ditjen PAUD Dikdasmen, Muhammad Hasbi usai peluncuran Kampus Mengajar Angkatan ke-5 di Makassar, Sulawesi Selatan pada Jumat (17/2) kemarin.
Hasbi mengatakan pendidikan di Indonesia belum menunjukkan perbaikan optimal. Kondisi ini diperparah dengan pandemi Covid-19, yang menyebabkan ketinggalan pembelajaran (learning loss) selama dua tahun terakhir.
"Gabungan antara kualitas pendidikan yang tidak baik dari waktu ke waktu, dan adanya pandemi Covid-19 ini membawa kita pada satu jurang krisis yang disebut krisis pembelajaran," kata Hasbi kepada Jurnas.com.
5 Program Kampus Mengajar Ini Dipastikan Berlanjut
Kuatkan Pendidikan Vokasi, Kampus Mengajar Kini Sasar SMK
Program Kampus Mengajar Solusi Alternatif Isi Kekurangan Guru
"Akan tetapi kita tidak boleh berputus asa, kita perlu bangkit dan kembali ke trek yang benar untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita," imbuh dia.
Oleh karena itu, Kemdikbudristek melakukan berbagai cara untuk pemulihan dan transformasi pembelajaran. Salah satunya melalui program Kampus Mengajar, yang pada angkatan ke-5 ini diikuti oleh lebih dari 21 ribu mahasiswa se-Indonesia.
Dalam program ini, Hasbi mengatakan Direktorat SD dipercaya sebagai supervisor untuk mendampingi tugas pemulihan pembelajaran di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
"Program Kampus Mengajar ini tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah upaya untuk memulihkan literasi dan numerasi peserta didik, dengan berbagai strategi pembelajaran yang dilaksanakan satuan pendidikan," terang Hasbi.
Ditunjuknya Direktorat SD sebagai supervisor program ini, menurut Hasbi, tidak lepas dari hasil asesmen yang menyatakan bahwa ada 25 ribu sekolah dasar di Indonesia yang memiliki nilai literasi dan numerasi di bawah kompetensi minimum.
"Inilah yang menjadi sasaran pemulihan dan transformasi pembelajaran di sekolah dasar. Dari 25.000 ini, kami bekerja sama dengan 5.000 SD yang akan ditempati oleh 21 ribuan mahasiswa untuk melaksanakan program Kampus Mengajar," imbuh dia.
Kepala Program Kampus Mengajar, Asri Aldila Putri menyebut ada peningkatan peminat pada angkatan kali ini yang mencapai 43.000 pelamar. Namun, dari jumlah tersebut hanya 21.045 yang berhasil terpilih untuk mengajar di 5.093 satuan pendidikan SD dan SMP.
"Kuotanya terbatas. Makanya kita dorong perguruan tinggi bisa menjalankan Kampus Mengajar Mandiri atau asistensi mengajar," sebut Asri dalam kesempatan yang sama.
Adapun untuk satuan pendidikan yang terpilih dalam program Kampus Mengajar angkatan ke-5, Asri memanfaatkan data pusat dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik), untuk melihat SD maupun SMP dengan nilai literasi dan numerasi di bawah kompetensi minimum.
"Hanya sekolah dengan level literasi dan numerasi satu dan dua yang dipilih. Khusus angkatan ke-5 ini, kami fokus pada sekolah yang belum menerima sasaran Kampus Mengajar sebelumnya. Karena jumlahnya banyak sekali," ujar Asri.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulawesi Selatan, Imran berharap program Kampus Mengajar dapat mengakselerasi kualitas pendidikan di wilayahnya, terutama kenaikan indeks literasi dan numerasi.
Dia juga berharap para mahasiswa peserta program Kampus Mengajar dapat memberikan warna baru kepada satuan pendidikan yang ditunjuk, serta mengangkat poin-poin penting dalam pembelajaran.
"Dan kalau memungkinkan nanti kita highlight di momen-momen tertentu yang paling signifikan. Boleh jadi kita akan buat webinar untuk kemudian nanti jadi ajang berbagi bagi para mahasiswa dosen pembimbing lapangan," tutup Imran.