Minggu, 22/01/2023 08:20 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Kemungkinan kebangkitan COVID-19 yang besar di China selama dua atau tiga bulan ke depan sangat kecil. Ilmuwan terkemuka pemerintah menyebut, ini karena 80 persen orang telah terinfeksi Covid-19.
Kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian Penyakit China dan Pencegahan, Wu Zunyou mengatakan, pergerakan massal orang selama periode liburan Tahun Baru Imlek yang sedang berlangsung dapat menyebarkan pandemi, meningkatkan infeksi di beberapa daerah, tetapi gelombang COVID-19 kedua tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Ratusan juta orang China bepergian ke seluruh negeri untuk reuni liburan yang telah ditangguhkan di bawah pembatasan COVID-19 yang baru-baru ini dilonggarkan, meningkatkan kekhawatiran akan wabah baru di daerah pedesaan yang kurang siap untuk menangani wabah besar.
China telah melewati puncak pasien COVID-19 di klinik demam, ruang gawat darurat dan dengan kondisi kritis, kata seorang pejabat Komisi Kesehatan Nasional, Kamis.
Perayaan Tahun Baru Imlek 2024 di Pantjoran PIK Makin Meriah Bersama Heineken
Untar Beri Pesan Inklusivitas lewat Perayaan Imlek
Polda Metro Jaya Lakukan Sterilisasi pada Vihara Besar
Hampir 60.000 orang dengan COVID-19 telah meninggal di rumah sakit pada 12 Januari, kira-kira sebulan setelah China secara tiba-tiba membatalkan kebijakan nol-COVIDnya, menurut data pemerintah.
Tetapi beberapa ahli mengatakan angka itu mungkin jauh dari perhitungan dampak penuh, karena tidak termasuk mereka yang meninggal di rumah, dan karena banyak dokter mengatakan mereka tidak disarankan untuk menyebut COVID-19 sebagai penyebab kematian.
Sumber: Reuters
Keyword : Covid-19 ChinaTahun Baru Imlek