Selasa, 20/09/2022 16:59 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan Rusia dan Ukraina telah sepakat untuk menukar 200 tahanan di salah satu pertukaran terbesar dalam perang tujuh bulan.
Dikutip dari CNA, Erdogan membuat pengumuman itu setelah pembicaraan pekan lalu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela-sela pertemuan puncak regional di Uzbekistan.
Erdogan tidak memberikan perincian lengkap tentang pertukaran itu, menyebut orang-orang yang dipertukarkan sebagai sandera dan tidak mengatakan berapa banyak dari masing-masing pihak.
"Dua ratus sandera akan dipertukarkan berdasarkan kesepakatan antara para pihak. Saya pikir langkah signifikan akan diambil ke depan," kata Erdogan kepada televisi PBS Senin malam (19/9).
Pemantau Suara Independen Sebut Pemilu Rusia adalah Sebuah Olok-olok
Putin Menangkan Pemilu Rusia dengan Suara Tertinggi dalam Sejarah tanpa Persaingan Serius
Pemilu Rusia Berlangsung Tiga Hari, Diwarnai Serangan dan Saboase oleh Ukraina
Anggota NATO Turki telah mencoba untuk tetap netral dalam konflik, memasok drone tempur ke Kyiv dan menghindari sanksi yang dipimpin Barat terhadap Moskow.
Erdogan mengatakan memiliki kesan bahwa Putin bersedia mengakhiri perang. "Kami melakukan diskusi yang sangat ekstensif dan dia benar-benar menunjukkan kepada saya bahwa dia bersedia untuk mengakhiri ini sesegera mungkin," kata Erdogan.
"Itu kesan saya karena keadaan saat ini cukup bermasalah," tambahnya.
Erdogan mengatakan kembalinya Rusia atas tanah yang direbut akan menjadi bagian penting dari setiap gencatan senjata yang langgeng. "Jika perdamaian akan dibangun di Ukraina, tentu mengembalikan tanah yang diserbu akan menjadi penting," katanya.
Ditanya berulang kali apakah Putin harus bertanggung jawab atas invasi ke Ukraina, Erdogan mengatakan tidak ada untungnya memihak. "Kami tidak akan membela satu pemimpin saja. Sebaliknya, kami harus mencari solusi yang akan memuaskan semua pihak yang terlibat," tuturnya.
Erdogan telah berulang kali mencoba menyatukan Putin dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, di Turki untuk pembicaraan gencatan senjata.