Kamis, 25/08/2022 15:14 WIB
Tokyo, Jurnas.com - Kepala Badan Kepolisian Nasional Jepang, Itaru Nakamura, mengundurkan diri pada Kamis (25/8), setelah mengakui anggotanya lalai dalam mengamankan Shinzo Abe, yang menyebabkan mantan Perdana Menteri Jepang itu akhirnya terbunuh.
"Ada kekurangan dalam rencana keamanan dan penilaian risiko yang menjadi dasarnya, dan arahan dari komandan lapangan tidak cukup," kata Itaru Nakamura dikutip dari AFP.
"Akar masalah ini terletak pada keterbatasan sistem saat ini, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, di mana polisi setempat bertanggung jawab penuh untuk memberikan keamanan," lanjut dia.
Nakamura menegaskan bahwa dia akan bertanggung jawab atas kegagalan tersebut, dan mundur dari jabatannya sebagai kepala polisi.
DPR Minta Jepang Ajarkan Smart Farming ke Petani Muda Indonesia
AS dan Sekutu Asia Mendorong Dibentuknya Panel Baru untuk Pantau Sanksi Korea Utara
Biden dan Kishida Kemungkinan akan Bahas Proyek Kereta Peluru Texas
"Kami telah memutuskan untuk menggoyahkan personel kami dan memulai kembali tugas keamanan kami, dan itulah mengapa saya mengajukan pengunduran diri saya kepada Komisi Keamanan Publik Nasional hari ini," ujar dia.
Abe ditembak dan dibunuh saat berkampanye pada 8 Juli di wilayah Nara. Pembunuhnya diyakini telah menargetkan Abe karena dia dianggap terkait dengan Gereja Unifikasi.
Abe adalah politisi paling terkenal di Jepang dan perdana menteri terlama, tetapi keamanan relatif ringan saat ia menyampaikan pidato singkat di sebuah jalan di wilayah barat.
Polisi setempat di daerah itu telah mengakui kelemahan keamanan yang "tidak dapat disangkal" bagi mantan pemimpin itu.
Pria yang diduga membunuh Abe, Tetsuya Yamagami, dilaporkan menjalani evaluasi psikiatri untuk menentukan keadaan pikirannya pada saat pembunuhan.
Jaksa diharapkan untuk menentukan apakah Yamagami dapat memikul tanggung jawab pidana berdasarkan pemeriksaan, sebelum membuat keputusan apakah akan mendakwanya.
Ibu Yamagami dilaporkan telah memberikan sumbangan besar ke gereja, yang disalahkan putranya atas kesulitan keuangan keluarga.