Pasien Kanker Payudara Diminta Tidak Takut Operasi

Selasa, 19/07/2022 12:32 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Spesialis onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk meminta pasien kanker payudara tidak takut menjalani operasi. Sebab, operasi merupakan salah satu terapi medis untuk mengangkat maupun membersihkan kanker payudara.

Bahkan menurut penelitian, lanjut dr. Walta, kelompok pasien yang menolak operasi, berisiko dua kali lipat lebih mungkin mati, daripada kelompok pasien yang menjalani operasi.

"Terapi yang pertama itu adalah operasi. Kalau bisa dibuang, dibersihkan, ya dibuang. Apakah perlu terapi tambahan? Ada syaratnya. Perlu kemoterapi tidak? Ada sembilan syaratnya. Perlu radiasi tidak? Ada empat syaratnya. Jadi jangan takut operasi," kata dr. Walta dalam kegiatan `Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara` bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Pertahanan pada Selasa (19/7).

Setelah menjalani operasi, jika dianggap perlu, pasien kanker payudara umumnya akan melewati proses terapi kemoterapi dan terapi radiasi. Khusus kemoterapi, pasien dituntut memiliki mental yang kuat karena akan mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan, seperti rambut rontok, mudah mual, hingga sariawan.

"Itu karena obat kemoterapi hanya menghantam sel-sel yang cepat membelah. Kenapa rambut rontok? Karena orang bisa tumbuh rambut setelah botak, jadi kena hantam obat kemoterapi. Begitu juga sel darah putih yang hanya berusia tujuh hari," imbuh dr. Walta.

Oleh karena itu, dr. Walta mengimbau para perempuan untuk rutin melakukan skrining dan deteksi dini kanker payudara baik dengan metode SADARI, SADANIS, maupun mammografi. Sebab, jika ditemukan pada stadium awal, angka harapan hidup masih tinggi, dan biaya yang dikeluarkan relatif kecil.

Sayangnya, masih banyak yang menganggap kanker payudara sebagai peyakit mematikan, sehingga takut memeriksakan diri ke dokter ketika menemukan gejal-gejala kanker payudara.

"Perkembangan pengobatan kanker, yang paling maju itu adalah kanker payudara. Perkembangan penanganan, pengobatan, pembedahan itu makin maju, jadi harapan hidupnya juga makin panjang," terang dr. Walta.

Kegiatan `Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara` hari ini dibuka oleh Ketua DWP Kementerian Pertahanan Yayuk Donny Ermawan, dan dihadiri oleh Penasihat DWP Kementerian Pertahanan Metty M. Herindra, serta Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar.

Linda, dalam sambutannya mengapresiasi kepedulian DWP Kementerian Pertahanan terhadap kesehatan payudara. Menurut dia, saat ini kanker payudara mencatatkan angka kasus tertinggi dari seluruh kasus kanker di Indonesia.

"Kanker payudara sebetulnya jenis kanker yang bisa disembuhkan dibandingkan kanker-kanker lain, dengan syarat ditemukan pada stadium awal. Pada umumnya terlambat, karena pasien keliling-keliling dulu," tutup Linda.

TERKINI
`Sleeping Beauties: Reawakening Fashion` Jadi Tema Met Gala 2024, Apa Maknanya? Madonna Pecahkan Rekor Gelar Pesta Dansa yang Dihadiri 1,6 Juta Penggemar Sederet Selebriti Gelar Afterparty Met Gala 2024, Usher hingga Beyonce! Kini Bertubuh Langsing, Kelly Osbourne Bantah Pakai Ozempic