Giliran Korea Utara Akui Kemerdekaan Luhansk dan Donetsk

Kamis, 14/07/2022 07:48 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Korea Utara mengakui dua separatis yang memisahkan diri yang didukung Rusia di Ukraina timur sebagai negara merdeka, kata seorang pemimpin separatis dan kantor berita resmi Korea Utara.

Langkah itu membuat Korea Utara menjadi negara ketiga setelah Rusia dan Suriah yang mengakui dua entitas yang memisahkan diri, Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), di wilayah Donbas Ukraina.

Dalam sebuah unggahan di saluran Telegramnya, pemimpin DPR Denis Pushilin mengharapkan kerja sama yang bermanfaat dan meningkatkan perdagangan dengan Korea Utara, sebuah negara bersenjata nuklir yang terisolasi lebih dari 6.500 km jauhnya.

Kedutaan Besar DPR di Moskow mengunggah foto di saluran Telegramnya tentang upacara di mana duta besar Korea Utara untuk Moskow, Sin Hong-chol, menyerahkan sertifikat pengakuan kepada utusan DPR Olga Makeyeva.

Pejabat Korea Utara KCNA mengkonfirmasi pada Kamis bahwa Menteri Luar Negeri Negara Choe Son Hui mengirim surat kepada rekan-rekannya di kedua wilayah pada hari Rabu, mengakui kemerdekaan mereka.

"Dalam surat-surat itu, dia ... menyatakan keinginan untuk mengembangkan hubungan antarnegara dengan negara-negara itu dalam gagasan kemerdekaan, perdamaian dan persahabatan," kata KCNA.

Ukraina segera memutuskan hubungan dengan Pyongyang atas langkah tersebut. Tetapi pengakuan itu disambut oleh beberapa penduduk Donetsk yang tinggal di "republik" yang memproklamirkan diri.

"Tentu saja saya senang," kata Olga, yang menolak menyebutkan nama keluarganya. "Biarkan lebih banyak yang mengenali kami, sehingga semua orang tahu kami ada di sini."

Anastasia, yang juga menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan kepada Reuters, semakin banyak negara yang mengakui entitas tersebut, semakin kecil kemungkinan Kyiv merebut kembali kendali wilayah yang direbut separatis dukungan Rusia dan angkatan bersenjata Rusia.

"Selangkah demi selangkah kita bergabung di panggung dunia," katanya.

Rusia, yang telah mendukung wilayah tersebut sejak 2014, mengakui mereka pada malam invasinya ke Ukraina dalam sebuah langkah yang dikutuk oleh Kyiv dan Barat sebagai tindakan ilegal.

Rusia membenarkan keputusannya untuk melancarkan perang, yang disebutnya "operasi militer khusus", dengan mengatakan bahwa pihaknya melindungi penutur bahasa Rusia yang tinggal di sana dari "genosida".

Kyiv dan Barat telah menolak pernyataan ini sebagai dalih untuk mengobarkan perang dan merebut sebagian besar wilayah Ukraina. Korea Utara sebelumnya menyatakan dukungan untuk pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.

Sumber: Reuters

TERKINI
Gelora Cap PKS sebagai Pengadu Domba: Tolak Gabung Koalisi Prabowo-Gibran Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Komisi I DPR: Pemerintah Perlu Dialog Multilateral Redam Konflik di Timur Tengah Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025