Kamis, 26/05/2022 20:09 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Penjabat direktur badan kesehatan masyarakat terkemuka Afrika berharap negara-negara kaya tidak akan menimbun vaksin selama wabah cacar monyet (Monkeypox) saat ini, seperti yang mereka lakukan dengan vaksin COVID-19.
Cacar monyet, infeksi virus ringan, endemik di 11 negara Afrika termasuk Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo dan Nigeria. Sejak awal Mei, lebih dari 200 kasus virus yang dicurigai dan dikonfirmasi telah terdeteksi di setidaknya 19 negara, sebagian besar di Eropa.
Akhir pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihaknya mengharapkan untuk mengidentifikasi lebih banyak kasus cacar monyet karena memperluas pengawasan di negara-negara di mana penyakit itu biasanya tidak ditemukan.
"Vaksin harus diberikan ke tempat yang paling membutuhkan dan merata, jadi berdasarkan risiko, dan bukan pada siapa yang dapat membelinya," kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika, Ahmed Ogwell Ouma pada jumpa pers mingguan, Kamis (26/5).
WHO Temukan Cacar Monyet Strain Mematikan Baru di Kongo
DPR Dorong Pemerintah Gencarkan Sosialisasi Penyakit Menular Cacar Monyet
WHO Nyatakan Mpox Tidak Lagi Darurat Kesehatan Global
"Kami bekerja dengan semua negara anggota kami di benua itu untuk meningkatkan pengawasan terhadap cacar monyet," katanya.
Tidak ada vaksin untuk cacar monyet saat ini tetapi vaksin cacar telah terbukti menawarkan perlindungan hingga 85 persen terhadap cacar monyet.
Ouma mengatakan, pasokan vaksin cacar yang tersedia akan diprioritaskan untuk petugas kesehatan dan daerah dengan kasus virus yang dikonfirmasi.
"Yang diprioritaskan pertama tenaga kesehatan yang berada di garda depan, kemudian masyarakat yang terkena dampak di mana wabah pertama kali dicirikan, sebelum mempertimbangkan masyarakat umum," katanya.
"Kami belum memiliki cukup stok untuk bisa masuk ke masyarakat umum," sambungnya.
Sumber: Aljazeera