Presiden Zelenskyy Tolak Gencatan Senjata dengan Ukraina

Kamis, 05/05/2022 08:04 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan, negaranya tidak dapat menerima kesepakatan dengan Moskow yang akan memungkinkan pasukan Rusia tetap berada di wilayah pendudukan.

Zelenskyy mengatakan, pasukan Ukraina menghentikan serangan Rusia sebagai tahap pertama konflik. Pada tahap kedua, katanya, Ukraina akan mengusir pasukan Rusia dari wilayahnya dan pada tahap ketiga, akan bergerak sepenuhnya memulihkan integritas teritorialnya.

Zelenskyy mengatakan tidak akan menerima kesepakatan gencatan senjata yang akan memungkinkan pasukan Rusia tetap di posisi mereka saat ini. "Kami tidak akan menerima konflik yang membeku," kata Zelenskyy saat berbicara di KTT Dewan CEO Wall Street Journal pada Rabu (4/5).

Ia memperingatkan langkah seperti itu akan menyebabkan Ukraina ditarik ke dalam rawa diplomatik, seperti perjanjian damai untuk Ukraina timur yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman pada tahun 2015.

Pada tahun 2014, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina dan memberikan dukungannya di balik pemberontakan separatis di wilayah Donbas, jantung industri timur Ukraina.

Presiden Rusia, Vladimir Putin menyebut pengakuan Ukraina atas kedaulatan Rusia atas Krimea dan pengakuannya atas kemerdekaan wilayah separatis sebagai syarat utama untuk menghentikan permusuhan.

Zelenskyy menekankan, Putin harus setuju untuk bertemu dengannya untuk merundingkan kesepakatan apa pun untuk mengakhiri pertempuran. "Sampai presiden Rusia menandatanganinya atau membuat pernyataan resmi, saya tidak melihat poin dalam perjanjian semacam itu."

Dikutip dari Aljazeera, komentar Zelenskyy muncul ketika Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan Rusia berusaha meningkatkan tempo ofensifnya di timur negara itu.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina, Oleksandr Motuzyanyk mencatat, Moskow telah melakukan hampir 50 serangan udara pada Selasa saja.

Ia juga mengatakan tembakan artileri Rusia dan serangan udara terus berlanjut secara berkala di pabrik baja Azovstal di Mariupol tempat para pembela terakhir Ukraina di kota pelabuhan selatan bersembunyi.

"Komando militer Rusia sedang berusaha untuk meningkatkan tempo operasi ofensifnya di Ukraina timur," kata Motuzyanyk dalam sebuah pengarahan.

Ia mengatakan pembom strategis Rusia telah menembakkan 18 rudal dari wilayah udara di atas Laut Kaspia ke sasaran di Ukraina "dengan tujuan merusak infrastruktur transportasi negara kita".

Laporan kementerian tentang situasi militer di seluruh Ukraina tidak dapat segera diverifikasi.

Pasukan Rusia telah mengarahkan senjata terberat mereka ke timur dan selatan Ukraina setelah gagal merebut Kyiv, ibu kota, pada minggu-minggu pertama perang.

Ketika ditanya tentang situasi di pabrik baja Azovstal, Motuzyanyk mengatakan ada upaya Rusia untuk menyerbu pabrik tersebut. Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengatakan secara terpisah bahwa pertempuran di pabrik berlanjut pada hari Rabu.

Ditanya tentang situasi di pabrik baja, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: "Perintah secara terbuka diberikan oleh komandan tertinggi (Putin) untuk membatalkan penyerbuan (pabrik). Tidak ada badai.

"Kami melihat ada eskalasi yang terkait dengan fakta bahwa para pejuang mengambil posisi menembak. Upaya-upaya ini ditekan dengan sangat cepat, tidak ada lagi yang bisa dikatakan saat ini," katanya.

Sumber: Reuters

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih