Moskow Pertimbangkan Skenario Hadapi Rencana Uni Eropa Embargo Minyak Rusia

Kamis, 05/05/2022 06:46 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Uni Eropa mengusulkan sanksi terberatnya terhadap Rusia pada Rabu (4/5), termasuk embargo minyak bertahap, ketika Moskow menekan serangan di Ukraina timur dan sekutu dekat Rusia, Belarusia, mengumumkan latihan militer skala besar.

Hampir 10 minggu memasuki perang yang menewaskan ribuan orang dan meratakan kota-kota Ukraina, kata Kementerian Pertahanan Ukraina, Rusia mengintensifkan serangannya. Serangan terbaru dilaporkan di stasiun kereta api yang digunakan mengangkut senjata Barat.

Sebuah konvoi bus baru mulai mengevakuasi lebih banyak warga sipil dari kota pelabuhan Mariupol di tenggara yang porak poranda, yang telah menyaksikan pertempuran perang terberat sejauh ini. Moskow berjanji menghentikan beberapa operasi militer minggu ini untuk memungkinkan lebih banyak evakuasi.

Berusahan untuk menekan ekonomi Rusia yang sudah babak belur senilai US$1,8 triliun, Brussel mengusulkan penghentian impor minyak mentah Rusia dalam waktu enam bulan dan produk olahan pada akhir tahun ini.

"(Presiden Vladimir) Putin harus membayar harga, harga tinggi, atas agresi brutalnya," kata ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada anggota parlemen Uni Eropa di Strasbourg.

Rencana tersebut, jika disetujui oleh 27 pemerintah Uni Eropa, akan mengikuti larangan minyak Amerika Serikat (AS) dan Inggris dan menjadi titik balik bagi blok perdagangan terbesar di dunia, yang tetap bergantung pada energi Rusia dan harus menemukan pasokan alternatif.

Presiden AS Joe Biden mengatakan akan berbicara dengan para pemimpin Kelompok Tujuh lainnya minggu ini tentang kemungkinan langkah lebih lanjut terhadap Moskow. "Kami selalu terbuka untuk sanksi tambahan," kata Biden kepada wartawan di Washington.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menyambut baik berita dari Uni Eropa, tetapi menekankan urgensi bertindak untuk membuat mesin perang Rusia kelaparan.

"Posisi saya sederhana: Setiap euro yang dibayarkan ke Rusia untuk gas, minyak atau barang-barang lainnya berakhir sebagai amunisi di Ukraina untuk membunuh rekan-rekan saya," katanya kepada saluran TV Austria Puls 4 dalam sebuah wawancara.

Kremlin mengatakan Rusia sedang mempertimbangkan berbagai tanggapan terhadap rencana Uni Eropa, menambahkan bahwa tindakan itu akan mahal bagi warga Eropa.

Sebuah sumber mengatakan utusan Uni Eropa dapat mencapai kesepakatan pada Kamis atau akhir pekan ini mengenai rencana tersebut, yang juga menargetkan bank top Rusia, penyiarnya, dan ratusan individu.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu kembali mengingatakan bahwa Moskow akan berusaha untuk menyerang pengiriman senjata AS dan NATO ke Ukraina.

Kementeriannya mengatakan pasukan Rusia melumpuhkan enam stasiun kereta api yang digunakan untuk mengirimkan senjata Barat ke timur Ukraina. Kemudian dikatakan mengenai 77 sasaran militer sepanjang hari, termasuk depot amunisi dan artileri.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan pembom strategis Rusia menembakkan 18 roket dengan tujuan merusak infrastruktur transportasi negara  dan mengkonfirmasi serangan terhadap kereta api.

Mengumumkan latihan militer kejutan, Kementerian Pertahanan Belarus mengatakan tidak menimbulkan ancaman bagi tetangga, tetapi layanan perbatasan Ukraina mengatakan tidak dapat mengesampingkan bahwa pasukan Belarusia mungkin bergabung dengan serangan Rusia.

"Oleh karena itu, kami siap," kata juru bicara Andriy Demchenko.

Beberapa pasukan Rusia memasuki Ukraina melalui Belarusia ketika invasi dimulai pada 24 Februari tetapi sejauh ini tidak ada pasukan Belarusia yang terlibat dalam apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan mempertahankan penduduknya yang berbahasa Rusia dari fasis.

Kyiv dan pendukung Baratnya mengatakan klaim fasisme Moskow adalah dalih untuk perang agresi yang tidak beralasan yang telah mendorong lebih dari 5 juta orang Ukraina melarikan diri ke luar negeri.

Kremlin pada Rabu menepis spekulasi bahwa Putin akan secara resmi menyatakan perang terhadap Ukraina dan mengeluarkan dekrit mobilisasi nasional pada 9 Mei, ketika Rusia memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua.

Putin akan menyampaikan pidato dan mengawasi parade militer 9 Mei di Lapangan Merah Moskow.

Konvoi yang meninggalkan Mariupol, yang diorganisir oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Palang Merah Internasional, menuju kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina, kata Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko.

Militer Rusia mengatakan akan menghentikan aktivitas militer pada siang hari pada 5, 6 dan 7 Mei untuk memungkinkan warga sipil mengungsi dari pabrik baja Azovstal, di mana warga sipil dan pembela bertahan melawan pasukan Rusia yang telah merebut kota itu.

"Koridor kemanusiaan akan dibuka untuk evakuasi warga sipil (pekerja, wanita dan anak-anak) yang kehadirannya di fasilitas bawah tanah pabrik (telah) diumumkan oleh otoritas Kyiv," kata militer Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak PBB membantu menyelamatkan lebih banyak orang dari Azovstal. "Nyawa orang-orang yang tersisa di sana dalam bahaya. Setiap orang penting bagi kami. Kami meminta bantuan Anda untuk menyelamatkan mereka," kata Zelenskyy dalam sebuah pernyataan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Rusia sekarang mengklaim kendali atas Mariupol, yang pernah menjadi kota berpenduduk 400.000 jiwa, tetapi sebagian besar telah menjadi puing-puing setelah berminggu-minggu pengepungan dan penembakan.

Ini adalah kunci upaya Moskow untuk memutuskan Ukraina dari Laut Hitam - vital untuk ekspor biji-bijian dan logam - dan menghubungkan wilayah yang dikuasai Rusia di selatan dan timur.

Di samping wilayah Donbas timur, garis pantai selatan adalah target utama Moskow setelah pasukannya gagal merebut ibu kota Kyiv dalam beberapa minggu setelah menyerbu.

Sumber: Reuters

TERKINI
Unggah Foto Dirinya Menangis, Instagram Justin Bieber Diserbu Penggemar Gara-gara Masalah Pita Suara, Jon Bon Jovi Anggap Shania Twain Adiknya Reaksi Taylor Swift saat The Tortured Poets Department Tembus 2,6 Juta Unit dalam Seminggu Disindir di Album TTPD Taylor Swift, Bagaimana Kabar Joe Alwyn Sekarang?