Minggu, 20/03/2022 03:55 WIB
Kyiv, Jurnas.com - Walikota Mariupol, Vadym Boychenko, mengatakan ribuan penduduknya yang terkepung terkepung oleh pasukan Rusia, telah dilarikan ke sejumlah kota terpencil di Rusia.
"Apa yang dilakukan penjajah hari ini sudah tidak asing lagi bagi generasi yang lebih tua, yang melihat peristiwa mengerikan Perang Dunia II, ketika Nazi menangkap orang secara paksa," kata Boychenko dikutip dari BBC pada Minggu (20/3).
"Sulit membayangkan bahwa di abad ke-21 orang akan dideportasi secara paksa ke negara lain," lanjut dia.
Sekitar 300.000 orang terjebak di dalam kota, karena makanan dan persediaan medis habis, sementara itu Rusia memblokir masuknya bantuan kemanusiaan.
Ukraina Bersiap Hadapi Pertempuran Sengit saat Putin Sebut Rusia Bentuk Zona Penyangga
Presiden Ukraina Izinkan Narapidana untuk Bergabung dengan Angkatan Bersenjata
Rusia Masuki Perkotaan, Ukraina Berjuang Pertahankan Front Timur
Serangan Rusia menghantam rumah sakit, gereja, dan blok apartemen yang tak terhitung jumlahnya, di mana pejabat setempat memperkirakan bahwa sekitar 80 persen bangunan tempat tinggal rusak atau hancur, sepertiga di antaranya tidak dapat diperbaiki.
Mariupol telah menyaksikan beberapa pertempuran paling sengit sejak Rusia menginvasi Ukraina, tiga minggu lalu.
Lokasi kota pelabuhan, di Laut Azov, sangat strategis bagi Rusia, karena akan membantunya menciptakan koridor darat antara wilayah timur Donetsk dan Luhansk.
Kedua wilayah itu dikuasai oleh separatis dukungan Rusia dan Krimea, semenanjung yang diserbunya dan dianeksasi pada 2014 silam.