Anthony Fauci Minta Masyarakat Tetap Hati-hati terhadap Varian Omicron

Rabu, 08/12/2021 08:51 WIB

WASHINGTON, Jurnas.com - COVID-19 varian Omicron kini telah terdeteksi setidaknya di 38 negara. Indikasi awal menunjukkan bahwa varian tersebut tidak lebih buruk daripada varian sebelumnya.

Ilmuwan top Amerika Serikat (AS), Anthony Fauci mengatakan, walupun perlu waktu berminggu-minggu untuk menilai tingkat keparahan Omicron, indikasi awal menunjukkan varian tersebut tidak lebih buruk daripada jenis sebelumnya, dan bahkan mungkin lebih ringan.

Fauci mengatakan, varian ini sangat menular. Hal ini diperkuat oleh data epidemiologi seluruh dunia yang menunjukkan infeksi ulang lebih tinggi dengan Omicron.

"Soal tingkat keparahan, hampir pasti tidak lebih parah dari Delta," kata direktur lama Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) itu kepada AFP, Selasa (7/12).

"Ada beberapa saran bahwa itu bahkan mungkin kurang parah, karena ketika Anda melihat beberapa kelompok yang diikuti di Afrika Selatan, rasio antara jumlah infeksi dan jumlah rawat inap tampaknya lebih sedikit dibandingkan dengan Delta," sambungnya.

Tetapi dia mencatat, penting untuk tidak menginterpretasikan data ini secara berlebihan karena populasi yang diikuti cenderung muda dan kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit. Penyakit parah juga bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk berkembang.

"Saya pikir itu akan memakan waktu setidaknya beberapa minggu lagi untuk mengkonfirmasi di Afrika Selatan, di mana varian itu pertama kali dilaporkan pada bulan November," kata dia.

"Kemudian saat kita mendapatkan lebih banyak infeksi di seluruh dunia, mungkin perlu waktu lebih lama untuk melihat tingkat keparahannya," sambung dia.

Fauci mengatakan, virus yang lebih menular yang tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dan tidak menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian adalah skenario kasus terbaik.

"Skenario terburuknya adalah tidak hanya sangat menular, tetapi juga menyebabkan penyakit parah dan kemudian Anda memiliki gelombang infeksi lain yang belum tentu tumpul oleh vaksin atau oleh infeksi sebelumnya dari orang-orang," ujarnya.

"Saya tidak berpikir bahwa skenario terburuk akan terjadi, tetapi Anda tidak pernah tahu," sambung dia.

Fauci mengatakan sains masih belum jelas prihal bagaimana varian itu berasal, tetapi ada dua teori utama.

"Entah itu berkembang di dalam tubuh pasien dengan gangguan kekebalan, seperti orang dengan HIV yang gagal melawan virus dengan cepat. Atau, virus bisa saja berpindah dari manusia ke hewan, lalu kembali ke manusia dalam bentuk yang lebih bermutasi, dalam contoh zonosis terbalik," ujar dia.

Karena itu, Fauci mengatakan, masyarakat harus tetap berhati-hati, terutama selama perjalanan, dan memakai masker saat berkumpul di dalam ruangan di mana status vaksinasi orang lain tidak diketahui.

"Mereka yang divaksinasi lengkap juga harus mencari booster saat memenuhi syarat," tegasnya.

Fauci mengatakan, suntikan booster telah terbukti secara drastis meningkatkan tingkat antibodi yang mengikat lonjakan dan juga diterjemahkan ke hasil penyakit yang lebih baik di dunia nyata, seperti yang terlihat di Israel, yang memulai kampanye booster lebih awal dari AS.

Namun, sementara booster meningkatkan intensitas dan luasnya respons imun seseorang, masih terlalu dini untuk mengetahui seberapa tahan lama respons tersebut dan apakah suntikan tambahan mungkin diperlukan di masa depan.

TERKINI
Dasco Pastikan Daftar Kabinet Prabowo-Gibran yang Beredar Tidak Benar Dunia Alami Krisis Guru, Ini Saran PGRI ke Pemerintah Genjot Penjualan di China, Toyota Gandeng Tencent Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China