Perlu Terobosan Cepat Turunkan Angka Kematian Ibu

Rabu, 17/11/2021 12:05 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan, Brian Sri Prahastuti mengatakan, perlu terobosan cepat yang fokus pada pemilihan intervensi untuk menurunkan angka kematian ibu.

"Kalau tidak ada terobosan yang cepat bisa dilakukan untuk fokus pada pemilihan intervensi dalam menurunkan angka kematian ibu, maka sangat sulit mencapai target," ujar Brian pada webinar Perencanaan Kehamilan dan Keluarga Berkualitas untuk Pemenuhan Hak Ibu dan Anak Menuru Generas Emas Indonesia Maju, yang digelar secara virtual, Jakarta, Selasa (17/11).

Merujuk data Sensus Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI), Brian mengatakan, dalam tiga dekade terakhir dari 1994 sampai 2005 tidak terjadi penuruan angka kematian ibu yang cukup bermakna.

"Padahal target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 cukup jelas bahwa angka kematian ibu 183 per 100.000 kelahiran dan bayi 16 per 1.000 kelahiran hidup," ujarnya.

"Belum lagi target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, yaitu angka kematian ibu harus mencapai 70 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kelahiran bayi di angka 12 per 1.000 kelahiran," sambungnya.

Brian mengatakan, pola penyebab kematian ibu nyaris tidak berubah. Jika sebelumnya pendarahan menjadi penyebab utama, kini eklamsi dan hipertensi selama kehamilan dan persalinan menempati urutan pertama.

Ditambahkan, 1 dari 3 kematian ibu karena hipertensi selama kehamilan dan persalinan, 1 dari 4 kematian ibu karena pendarahan, 1 dari 3 kematian ibu terjadi dalam 24 jam setelah persalinan, dan 1 dari 4 kematian ibu terjadi pada saat nifas.

"Dengan demikian, sebetulnya kita semua pihak pemerintah, penyedia layanan dan pelaku pembangunan termasuk akademisi sudah tahu apa yang harus diperhatikan dan diprioritaskan," kata Brian.

"Kita juga sudah mengetahui bahwa 80 persen kematian ibu terjadi di fasilitas kesehatan, baik itu di rumah sakit, maupun di fasilitas kesehatan yang lainnya," sambungnya.

Brian mengatakan, kematian ibu pada 2020 mengalami kenaikan. Begitupun pada 2021. "Kalau kita perhatikan lagi 50 persen kematian ibu di 2020 terjadi di enam provinsi utama yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, dan Aceh.

"Kemudian ditambah lagi beberapa provinsi sehingga menjadi 17. Dan, secara jumah terlihat ada penambahan sekitar 400 kematian ibu dibanding 2019. Padahal dari 2018 ke 2019 terjadi penuruan yang cukup banyak," ujarnya.

Karena itu, dia meminta agar berkaca pada negara seperti Kamboja, Laos, Vietnam dan Mesir yang berhasil menurunkan angka kematian ibu 60-70 persen melalui salah satunya peningkatan penggunaan KB.

"Poin yang ingin saya sampaikan peningkatan penguasan KB sebetulnya ini sangat jelas akan berkontribusi sangat besar pada upaya penurunan kematian ibu. Karena itu, investasi pada bidan dan investas KB menjadi pilihan jika kita ingin konsen menunkan angka kematian ibu," ujarnya.

 

TERKINI
Sinergi Kementan-Kodim 1910 Malinau Tingkatkan Produksi dengan Perluas Areal Tanam Baru Kejagung Bakal Sita Aset Sandra Dewi Jika Terima Uang Korupsi Timah KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Kasus Pungli KPK Sita Rp48,5 Miliar Terkait Suap Bupati Labuhanbatu