Senin, 18/10/2021 18:42 WIB
Yangoon, Jurnas.com - Pemerintah Myanmar membebaskan lebih dari 5.000 tahanan, yang dipenjara karena memprotes kudeta militer pada Februari lalu.
Sebagaimana diketahui, ribuan orang ditahan selama demonstrasi berdarah setelah para pemimpin militer merebut kekuasaan. Pemimpin kudeta, Min Aung Hlaing, mengatakan 5.636 tahanan akan dibebaskan karena alasan kemanusiaan.
Dikutip dari BBC pada Senin (18/10), pembebasan itu dilakukan beberapa hari setelah pemimpin Myanmar tidak diundang dalam KTT Asean bulan ini, dengan alasan militer gagal mengakhiri kekacauan.
Asean sebelumnya sepakat untuk mengundang perwakilan non-politik dari Myanmar, alih-alih Jenderal Min Aung Hlaing.
Eksodus ke Thailand Berlanjut setelah Jatuhnya Kota Perbatasan Utama Myanmar
Perbatasan Myanmar Jadi Pusat Operasi Ilegal, Thailand Bantu Pulangkan 900 Warga China
Junta Myanmar Berlakukan Wajib Militer Bagi Generasi Muda
Setidaknya 1.178 orang tewas dan 7.355 ditangkap, didakwa atau dijatuhi hukuman selama tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang mengikuti Aung San Suu Kyi digulingkan dari kekuasaan, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
"Untuk berbagai alasan, mereka berpartisipasi dalam protes kekerasan. Di antara mereka yang telah menjalani atau menghadapi persidangan, orang yang tepat akan diberikan pengampunan (untuk) festival Thadingyut," terang dia.
Berbicara di televisi, panglima junta bersikeras para pemimpin militer berkomitmen untuk perdamaian dan demokrasi. Dia mengatakan pemerintahnya memiliki rencana lima tahap untuk memulihkan demokrasi.
Sebelumnya, pihak berwenang membebaskan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa anti-kudeta pada Juli lalu.