PM Somalia Skorsing Kepala Intelijen, Ini Alasannya

Senin, 06/09/2021 22:08 WIB

Mogadishu, Jurnas.com - Perdana Menteri Somalia menjatuhkan skorsing kepada Kepala Badan Intelijen Nasional Somalia (NISA), Fahad Yasin, pada Senin (6/9) ini.

Dikatakan, skorsing itu diberikan menyusul perselisihan selama berbulan-bulan yang mengancam keamanan negara, yang sebelumnya sudah terbelah oleh serangan militan dan persaingan antar suku.

Perdana Menteri Mohammed Hussein Roble mengatakan dia telah memberi tahu Yasin, karena gagal menyampaikan laporan tentang pembunuhan salah satu agen badan tersebut.

Namun tak lama kemudian, Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed mengeluarkan pernyataannya sendiri yang menyebut langkah perdana menteri itu tidak konstitusional.

"(Yasin) harus terus menjadi direktur NISA," kata presiden dikutip dari Reuters.

Pengamat dari International Crisis Group, Mahmoon Omar menyebut kondisi ini dengan terang benderang menunjukkan keretakan antara presiden dan perdana menteri.

"Itu bisa mengakibatkan krisis keamanan lain karena presiden memberi tahu Roble ada beberapa garis merah yang jelas tentang apa yang akan dia terima, sementara Roble menafsirkan otoritasnya secara berbeda. Bahayanya ada di kedua sisi," terang dia.

Perselisihan mengengai penyebab kematian agen wanita muda, Ikran Tahlil Farah, yang bekerja di departemen keamanan siber dan hilang pada akhir Juni, telah menjadi masalah yang sangat kontroversial.

Pekan lalu, pemerintah menyalahkan kelompok militan Islam Al-Shabaab atas kematiannya, yang memicu sejumlah unggahan kemarahan di media sosial dari orang-orang yang mengatakan lembaga itu sendiri terlibat. Al-Shabaab membantah terlibat.

"Ini adalah masalah yang sangat serius," kata Rashid Abdi, seorang analis independen yang berbasis di Nairobi.

"Kemungkinan besar akan menabur perpecahan serius dalam dinas keamanan dan menghasilkan jenis kekerasan yang kita lihat pada April antara pasukan keamanan yang terfragmentasi," sambung dia.

Pada April lalu, faksi-faksi pasukan keamanan merebut posisi di ibu kota, marah dengan langkah-langkah untuk memperpanjang masa jabatan empat tahun presiden menjadi dua tahun lagi, langkah-langkah yang ditentang oleh perdana menteri dan oposisi.

Konfrontasi itu diselesaikan ketika presiden menempatkan perdana menteri yang bertanggung jawab atas keamanan, dan mengatur pemilihan tidak langsung yang tertunda.

TERKINI
Orang Paling Berkuasa di Inggris Raya, Raja Charles Cuma Punya Harta Rp12,2 Triliun! Inilah Tampilan Pertama Gambar Superman Karya James Gunn Feyenoord Siapkan Pesta Perpisahan untuk Arne Slot Ben Affleck dan Jennifer Lopez Mencari Rumah di Tempat Berbeda